Kami lakukan pemetaan, kami lihat ada sekitar 10 kelurahan di delapan kemantren (kecamatan) yang memang potensi cukup tinggi. Itu sekarang coba kami sasar

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta tengah menggencarkan skrining penemuan kasus aktif atau Active Case Finding (ACF) Tuberkulosis (TBC) pada sepuluh kelurahan di wilayah setempat.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah di Yogyakarta, Senin, menyebut 10 kelurahan itu memiliki potensi suspek (terduga) penderita TBC relatif lebih tinggi dibanding kelurahan lain.

"Kami lakukan pemetaan, kami lihat ada sekitar 10 kelurahan di delapan kemantren (kecamatan) yang memang potensi cukup tinggi. Itu sekarang coba kami sasar," katanya.

Lana menyebutkan 10 kelurahan dimaksud yakni Kelurahan Bumijo, Prawirodirjan, Pringgokusuman, Kricak, Brontokusuman, Wirogunan, Pakuncen, Tegalpanggung, Klitren, dan Bausasran.

Baca juga: Temuan kasus TBC anak di Indonesia meningkat sejak tiga tahun terakhir

Menurut dia, tingginya potensi terduga kasus TBC di 10 kelurahan itu dipicu sejumlah faktor, salah satunya terkait mobilitas masyarakat yang tinggi.

"Walaupun secara umum di Kota Yogyakarta mobilitasnya relatif sama, tapi di 10 kelurahan itu memang tinggi, jadi kami coba fokus di situ," kata dia.

Lana mengatakan temuan kasus TBC di Kota Yogyakarta tahun 2023 sebesar 1.746 kasus yang mencakup kasus TBC Sensitif Obat (SO) dan kasus TBC Resisten Obat (RO). Temuan itu mencapai 96,79 persen dari target 1.690 penemuan kasus TBC periode itu.

Menurut dia, metode ACF digencarkan dengan mengerahkan petugas puskesmas serta menggandeng tim dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM untuk mencari kasus positif, serta kontak erat kasus menggunakan mobile rontgen.

Baca juga: Kemenkes ungkap ada 808 ribu kasus TBC Sensitif Obat pada 2023

Apabila ditemukan kasus positif, petugas akan melakukan penapisan terhadap 15 sampai 20 kontak erat.

"Apakah di antara mereka itu ada yang positif atau istilahnya TB laten, jadi dia sudah tertular tapi belum menunjukkan gejala. Ini kalau dibiarkan dan tidak diobati dalam 5 tahun ke depan akan menjadi TB aktif," kata dia.

Selain berfokus pada 10 kelurahan, menurut Lana, jemput bola penapisan kasus TBC juga menyasar para warga binaan di lembaga pemasyarakatan (lapas) setempat, termasuk para santri di pondok pesantren.

Baca juga: Dokter paparkan ciri-ciri batuk karena TBC

"Karena mereka (warga binaan) bersama selama 24 jam dalam jangka waktu panjang, bisa jadi ada orang baru kemudian membawa bakteri TB itu kita lakukan skrining," katanya.

Selain melalui ACF, pihaknya juga masih mengintensifkan kolaborasi multi sektor termasuk klinik hingga rumah sakit melalui pendekatan District based Public Private Mix (DPPM) untuk menekan kasus TBC di Indonesia.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dirilis 7 November 2023 masih menempatkan Indonesia pada urutan dua teratas kasus TBC di dunia. Sementara berdasarkan data Kemenkes RI mencatat total kasus TBC tahun 2023 sebanyak 658.543 kasus per 3 November 2023.

Data di Global TB Report pada 7 November 2023 menunjukkan urutan persentase jumlah kasus di dunia yaitu India (27 persen), Indonesia (10 persen), China (7,1 persen), Filipina (7,0 persen), Pakistan (5,7 persen), Nigeria (4,5 persen), Bangladesh (3,6 persen), dan Republik Demokratik Kongo (3,0 persen).

Baca juga: Kemenkes catat peningkatan temuan kasus tuberkulosis di tahun 2023

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024