krusial bagi negara ASEAN+3 dalam menghadapi kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian

Tbilisi, Georgia (ANTARA) - Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara Anggota ASEAN+3 (AFMGM+3) tahun 2024 di Tbilisi, Georgia, sepakat memperkuat jaring pengaman keuangan regional guna merespons berbagai dinamika potensi risiko perekonomian global.

Hal tersebut diwujudkan melalui penguatan kerja sama keuangan regional melalui inisiatif di bawah Regional Financing Arrangements (RFA) Future Direction, Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM), AMRO, Asian Bond Markets Initiative (ABMI), Disaster Risk Financing (DRF), dan ASEAN+3 Future Initiatives, serta kajian studi beberapa tema strategis seperti transaksi mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT).

Dalam pertemuan AFMGM+3 pada Jumat (3/5), Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta mengapresiasi peranan negara-negara ASEAN+3 dan AMRO dalam upaya untuk terus memperkuat jaring pengaman keuangan internasional maupun regional.

"Hal ini krusial bagi negara ASEAN+3 dalam menghadapi kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian," kata Filianingsih di Tbilisi, Georgia, Sabtu.

Ia menyambut baik kesepakatan yang diraih oleh ASEAN+3 terkait pembentukan Rapid Financing Facility (RFF) dan upaya transisi struktur keuangan CMIM menuju ke model yang lebih robust dan reliable sehingga dapat menjamin kepastian pembiayaan terutama ketika menghadapi kondisi krisis.

Berbagai hasil (deliverables) pertemuan AFMGM+3 di bawah Co-Chairmanship Korea Selatan dan Laos pada 2024, yang kini telah dirintis dan mengalami kemajuan merupakan gagasan Indonesia dan Jepang dalam Co-Chairmanship AFMGM+3 pada 2023. Secara khusus co-chair Korea Selatan dan Laos mengapresiasi inisiatif RFF itu.

Inisiatif warisan co-chair Indonesia dan Jepang adalah pembentukan RFF, kesepakatan tentang pentingnya reformasi CMIM, dan Penurunan biaya fasilitas keuangan CMIM.

Fasilitas RFF merupakan fasilitas keuangan yang menyediakan likuiditas kepada negara ASEAN+3 dalam mata uang dolar AS (USD), renminbi (RMB), dan yen Jepang (JPY), sebagai jaring pengaman keuangan tambahan di kawasan di bawah fasilitas yang ada saat ini yaitu CMIM.

Fasilitas RFF diyakini dapat memperkuat dan mendukung resiliensi kawasan ASEAN+3 melalui peningkatan akses likuiditas dalam mata uang USD, RMB, dan JPY pada periode adanya kebutuhan balance of payment yang segera akibat tekanan yang bersumber dari eksternal, termasuk bencana alam dan pandemi.

Kesepakatan terkait pentingnya reformasi CMIM untuk memperkuat jaring pengaman keuangan regional. Reformasi tersebut dilakukan melalui eksplorasi struktur pembiayaan fasilitas keuangan di kawasan ASEAN+3 agar efektif dalam mencegah, memitigasi, dan menyelesaikan krisis di masa yang akan datang.

Para Menteri dan Gubernur ASEAN+3 juga menyepakati terkait manfaat dari struktur pembiayaan modal disetor (paid-in capital) yang dapat meningkatkan efektifitas jaring pengaman keuangan regional serta rencana kelanjutan studi mengenai berbagai opsi jenis struktur pembiayaan lainnya untuk mendapatkan struktur pembiayaan yang optimal dan relevan untuk diterapkan di ASEAN+3.

Sementara penurunan average margin CMIM diharapkan dapat berkontribusi dalam mendorong agar fasilitas jaring pengaman keuangan regional menjadi lebih terjangkau bagi negara anggota. Hal itu menunjukkan komitmen yang kuat dari negara-negara anggota ASEAN+3 dalam mendukung stabilitas ekonomi dan keuangan di Kawasan.

Selanjutnya, hasil diskusi AFMGM+3 2024 akan ditindaklanjuti pada level teknis maupun level deputi seiring rencana kerja setiap agenda, agar kemudian dilaporkan untuk mendapatkan pengesahan oleh principals pada AFMGM+3 mendatang di Milan, Italia pada 2025.

Baca juga: Menteri Keuangan RI bahas kerja sama di Pertemuan Tahunan Ke-57 ADB
Baca juga: ADB dukung proyek iklim dan transisi energi di Indonesia
Baca juga: ADB-donor sepakati Dana Pembangunan Asia bertambah 5 miliar dolar AS

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024