Washington (ANTARA) - Sekelompok mahasiswa Universitas Princeton yang mendukung Palestina mulai melakukan aksi mogok makan pada Jumat di sekolah Ivy League, New Jersey.
Aksi itu dilakukan para mahasiswa tersebut untuk menekan otoritas setempat agar memenuhi tuntutan mereka.
"Pemogokan ini adalah respons terhadap penolakan pemerintah untuk memenuhi tuntutan kami untuk disosiasi dan divestasi dari Israel," kata salah satu mahasiswa aksi itu dalam video yang diunggah di media sosial X, dikutip Anadolu.
"Kami menolak untuk dibungkam oleh taktik intimidasi dan penindasan yang dilakukan oleh administrasi universitas. Kami berjuang bersama dalam solidaritas dengan rakyat Palestina. Kami berkomitmen untuk pembebasan mereka," kata dia bersama lima mahasiswa lainnya.
Tidak disebutkan berapa lama para pelajar itu akan melakukan mogok makan. Namun, lembar pendaftaran bagi yang akan bergabung menyatakan bahwa mereka dapat ikut "mogok makan 7 hari penuh".
Para mahasiswa yang membuat pengumuman tersebut mengatakan bahwa mereka akan melaksanakan aksi tersebut sampai tuntutannya dipenuhi.
Peserta juga dapat memilih shift 24 jam di mana mereka tidak makan. Air dan elektrolit diperbolehkan untuk dikonsumsi.
Kelompok itu menuntut diadakan pertemuan dengan perwakilan mahasiswa guna membahas "pengungkapan, divestasi dan boikot akademis dan budaya penuh terhadap Israel," juga amnesti penuh bagi para pengunjuk rasa dan pembatalan semua larangan kampus dan pengusiran mahasiswa.
Tahap terbaru dari protes tersebut terjadi setelah 13 mahasiswa, termasuk 12 pelajar dari Universitas Princeton dan satu dari Seminari Teologi Princeton, ditangkap pada 30 April dan didakwa masuk tanpa izin saat melakukan aksi duduk di gedung administrasi kampus.
Baca juga: Narapidana Palestina di penjara Israel mogok makan
Baca juga: PBB pantau aksi mogok makan 1.000 tahanan Palestina
Unjuk rasa yang dilakukan luas di Amerika Serikat mendapatkan momentum pada April setelah Universitas Columbia meminta kepolisian New York untuk mengusir paksa sekelompok mahasiswa yang berkemah di halaman kampus.
Lebih dari 100 orang ditangkap dalam aksi itu, tapi para pengunjuk rasa dengan cepat beradaptasi dan membentuk aksi duduk lainnya yang kemudian dibubarkan pada Selasa.
Gerakan yang meluas itu sampai-sampai membuat Presiden AS Joe Biden mengeluarkan pernyataan bahwa tidak ada tempat untuk paham anti-Semitisme atau pun ujaran kebencian di Amerika Serikat atau di kampus-kampus.
"Seharusnya tidak ada tempat di kampus mana pun, tidak ada tempat di Amerika, untuk anti-Semitisme atau ancaman kekerasan terhadap mahasiswa Yahudi," kata Biden saat memberikan sambutan di Gedung Putih seperti dilansir Sputnik, Kamis.
"Tidak ada tempat untuk ujaran kebencian atau kekerasan dalam bentuk apa pun."
Namun, Biden mengatakan dia menentang pengiriman Garda Nasional untuk membubarkan protes yang merebak di kampus-kampus di AS.
Biden menegaskan bahwa protes-protes yang dilakukan para mahasiswa yang menentang serangan Israel ke Gaza, Palestina, itu tidak akan mengubah kebijakan pemerintahannya terkait Timur Tengah, tambahnya.
Demonstrasi pro Palestina muncul di kampus-kampus AS dalam beberapa hari terakhir untuk menentang militer AS maupun dukungan keuangan dan diplomatik terhadap operasi militer Israel di Gaza.
Operasi militer itu telah menelan nyawa lebih dari 34.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 77.000 orang lainnya.
Para mahasiswa menyerukan kepada pihak universitas untuk mengutuk operasi militer Israel di Gaza, melakukan divestasi di perusahaan yang terkait dengan Israel, dan menghentikan program studi di universitas-universitas Israel, serta tuntutan lainnya.
Sumber: Anadolu, Sputnik
Baca juga: Ribuan pendemo di Prancis, Swiss, Jerman tuntut gencatan senjata Gaza
Baca juga: Solidaritas untuk Palestina, massa protes duduk di kota-kota Belanda
Penerjemah: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024