Jakarta (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengungkapkan Singapura bergantung pada ekosistem Indonesia saat menanggapi rencana ekspor listrik rendah karbon dari Indonesia ke Singapura.
"Singapura dalam posisi ingin hubungannya dengan Indonesia lebih besar, banyak industri di Negeri Singa tersebut bergantung pada ekosistem Indonesia," ujar Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kadin Indonesia Juan Permata Adoe di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, kalau Singapura tidak melakukan perubahan dalam diplomasi politik perdagangannya maka negeri tersebut akan kesulitan.
Hal ini yang mesti dipelajari bahwa peranan Singapura harus bisa dimanfaatkan. Singapura membutuhkan listrik dan air di mana masyarakat negara tersebut memiliki daya beli yang kuat. Indonesia memiliki keduanya baik listrik maupun air.
"Pendekatannya menurut saya mau tidak mau harus kerja sama," kata Juan.
Sebagai informasi, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Rachmat Kaimuddin mengatakan, Indonesia siap mengekspor listrik bersih rendah karbon sebesar 2 gigawatt ke Singapura.
Kesepakatan ekspor ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara beberapa perusahaan Indonesia dan Singapura, yang disaksikan oleh Rachmat Kaimuddin dan Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng.
Singapura akan melakukan impor 4 gigawatt listrik rendah karbon pada 2035, di mana 50 persen dari total yang dibutuhkan berasal dari Indonesia.
Kerja sama antara Indonesia dan Singapura, merupakan sebuah kerangka kerja untuk memfasilitasi proyek-proyek komersial guna mengembangkan energi karbon dan perdagangan listrik lintas batas serta interkoneksi kedua negara.
Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng mengatakan, MoU ini merupakan bukti kemitraan jangka panjang dan komprehensif.
Baca juga: KESDM soroti peluang ekspor listrik ke ASEAN melalui 'Supergrid'
Baca juga: Indonesia teken ekspor 2 gigawatt listrik rendah karbon ke Singapura
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024