Kemungkinan besar bidan dan petugas puskesmas lengah dan tidak teliti memantau bayi dan balita di wilayahnya..."
Muntok (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung selama 2013 menemukan sembilan kasus gizi buruk seiring masih rendahnya pengetahuan sebagian orang tua dalam merawat kandungan dan penerapan pola hidup bersih dan sehat.
"Meskipun tergolong tinggi, namun jumlah tersebut menurun tajam dibanding tahun sebelumnya yang ditemukan 26 balita yang mengalami gizi buruk," ujar Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Bangka Barat Rudi Faizul Badri di Muntok, Senin.
Menurut dia, penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) memegang peran penting dalam upaya meningkatkan derajad kesehatan masyarakat, sehingga pihaknya bersama dengan petugas pusat pelayanan kesehatan masyarakat di seluruh kecamatan akan terus meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya penerapan PHBS.
Ia menjelaskan, masih ditemukannya kasus gizi buruk di daerah itu kemungkinan besar karena kurangnya cakupan dari petugas untuk memantau bayi dan balita yang ada di daerahnya.
"Kemungkinan besar bidan dan petugas puskesmas lengah dan tidak teliti memantau bayi dan balita di wilayahnya, akibatnya masih ditemukan kasus itu, jika mereka sering turun ke lapangan kami yakin akan bisa memantau lebih awal sehingga mampu mengantisipasi kasus tersebut," kata dia.
Selain kelengahan petugas, menurutnya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang ada di setiap dusun juga kurang aktif memberikan dorongan bagi orang tua yang memiliki bayi dan balita untuk melakukan kontrol rutin di Posyandu.
"Kemungkinan itu bisa terjadi karena selama ini kami menilai orang tua bayi juga enggan rutin ke posyandu setiap bulan, mungkin karena kegiatannya kurang menarik," kata dia.
Ia mengatakan, masih banyak ditemukan posyandu di daerah itu yang kegiatannya hanya penimbangan bayi dan balita rutin sebulan sekali serta pemberian vaksin pada saat tertentu.
"Seharusnya petugas posyandu dibantu petugas puskesmas memberikan variasi kegiatan selain dua kegiatan utama tersebut, misalnya arisan, demo masak atau hal-hal lain sehingga menarik ibu-ibu menghadiri kegiatan bulanan itu," kata dia.
Untuk memberikan percontohan posyandu aktif, kata dia, mulai 2014 pihaknya akan mengupayakan posyandu percontohan yang akan dilakukan di Gedung Terpadu "4 in 1" desa mandiri.
"Kami akan coba kembangkan posyandu yang dipadukan dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sehingga nantinya setiap hari di gedung milik desa itu akan terjadi interaksi aktif antara ibu, anak dan petugas kesehatan dan pengasuh PAUD, kami harapkan ini bisa memberikan variasi lain agar ibu-ibu lebih sering mengunjungi posyandu," kata Rudi. (DSD/R014)
Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013