Saya ingin ke depan banyak bermunculan petani modern, dalam mengelola air, mengelola pupuk, pestisida, penyemprotan dilakukan melalui HP
Banyumas, Jateng (ANTARA) - Penjabat (Pj) Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro mengatakan penggunaan drone (pesawat tanpa awak) pertanian cukup efektif dalam upaya pencegahan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama wereng batang cokelat di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
"Upaya membasmi wereng yang kemarin dilakukan secara manual rasanya tidak efektif, sehingga saya minta bantuan ke Bank Indonesia karena jika ini dilakukan manual terus enggak rata. Ada sebagian yang sudah disemprot, sebagian lagi belum," kata Pj Bupati usai Gerakan Pengendalian Hama Wereng dan Pelatihan Digital Farming serta Sistem Tanam Terpadu di area persawahan Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, Jumat.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto memanfaatkan drone pertanian dalam upaya pengendalian hama wereng.
Dalam hal ini, lanjut dia, drone pertanian tersebut digunakan untuk menyemprotkan pestisida hayati supaya merata di seluruh tanaman yang terserang hama wereng dan penyemprotannya bisa cepat selesai.
"Alhamdulillah dengan bantuan ini (drone pertanian) pasti rata, karena tadi dalam jangka waktu penyemprotan itu sudah bisa mencapai 1 hektare. Sekali terbang untuk penyemprotan kurang lebih selama 20 menit," katanya.
Baca juga: Bulog Banyumas kebut pengadaan beras untuk bantuan pangan
Baca juga: Bupati Banyumas harap revitalisasi pasar rakyat dongkrak ekonomi-PAD
Lebih lanjut, dia menginginkan Kabupaten Banyumas bisa menerapkan sistem pertanian pintar (smart farming), namun semua itu tetap membutuhkan bantuan dan kolaborasi dari berbagai pihak karena biayanya cukup tinggi.
Menurut dia, biaya tersebut digunakan untuk memenuhi sejumlah kebutuhan seperti drone pertanian, sensor tanah, sensor cuaca, dan sebagainya.
"Saya ingin ke depan itu banyak bermunculan petani modern. Jadi, dalam mengelola air, mengelola pupuk, pestisida, penyemprotan, dan sebagainya dilakukan melalui HP (telepon pintar) dan itu sudah banyak dilakukan di tempat lain," kata Pj Bupati.
Sementara itu, Kepala KPw BI Purwokerto Christoveny mengatakan penggunaan drone pertanian akan terus ditingkatkan untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi pertanian serta meningkatkan produktivitas pertanian khususnya beras.
Dalam hal ini, kata dia, peningkatan penggunaan drone pertanian akan dilakukan untuk semua kelompok atau klaster milenial.
"Kebetulan kita mempunyai beberapa klaster milenial, tahun 2024 ini akan kita prioritaskan ke klaster-klaster milenial, sehingga pasokan beras semakin meningkat," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, tidak menutup kemungkinan pihaknya ke depan akan menambah jumlah drone pertanian di wilayah eks Keresidenan Banyumas yang saat ini baru tersedia dua unit.
Dia mengharapkan jika kelak jumlah drone pertanian tersebut bertambah, penggunaannya dapat lebih merata ke seluruh wilayah eks Keresidenan Banyumas yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara.
"Drone pertanian tersebut nantinya dipakai bersama oleh kelompok tani di bawah pengawasan TNI Angkatan Udara dan Dinas Pertanian," kata Christoveny.
Terkait dengan serangan hama wereng batang cokelat, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan-KP) Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santosa mengatakan berdasarkan data sejak awal Januari 2024 hingga saat ini tercatat tanaman padi seluas 650,5 hektare yang terserang hama wereng.
Menurut dia, tanaman padi yang terserang hama wereng itu tersebar hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Banyumas dengan usia tanaman berkisar 5-70 hari setelah tanam.
"Yang sampai saat ini masih aman, belum ada laporan, yakni Kecamatan Sumbang, Baturraden, dan Kembaran," katanya.
Ia mengatakan serangan hama wereng tersebut tidak sampai mengakibatkan puso berkat kesigapan petani bersama penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan pengamat organisme pengganggu tanaman (POPT) dalam melakukan pengendalian hama wereng.
Oleh karena itu, kata dia, pengendalian OPT menggunakan drone pertanian ke depannya bersifat wajib karena keterbatasan petani berusia muda dan alat tersebut efektif serta efisien.
"Efektif karena bisa menjangkau banyak area, efisen karena kalau dilakukan secara manual membutuhkan biaya Rp900 ribu per hektare, jika pakai drone pertanian cukup Rp450 ribu per hektare," kata Jaka.
Baca juga: Hiswana Migas pastikan ketepatan takaran BBM di seluruh SPBU Banyumas
Baca juga: BI: Jumlah "merchant" QRIS di Banyumas Raya terus meningkat
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024