Menurutnya, ke depan tidak bisa lagi menggantungkan dari pemanfaatan sumber daya di alam atau perikanan tangkap, sebab kalau terus dieksploitasi potensi dapat menurun, sementara potensi perikanan budi daya masih terbuka lebar.
Menurut data yang dimilikinya, Indonesia memiliki lahan untuk pengembangan budidaya perikanan di laut sekitar 24 juta hektare, dan yang baru dimanfaatkan rata-rata di bawah 5 persen.
Selain potensi lahan budidaya laut yang besar, komoditas yang bisa dikembangkan juga beragam, di antaranya lobster, abalone, kerapu, rumput laut, bahkan tuna sirip kuning yang memiliki nilai jual tinggi di pasar domestik maupun global.
KKP memiliki program untuk pengembangan budi daya perikanan di Indonesia lewat membangun modeling budi daya berkelanjutan untuk komoditas unggulan ekspor, yaitu udang, rumput laut, dan nila salin yang sudah beroperasi saat ini di Kebumen, Wakatobi, dan Karawang.
"Khusus ikan tuna, kita punya potensi bahkan untuk menyiapkan indukan tuna sirip kuning. Laut Banda, selatan Bali, Jawa, barat Sumatera utamanya di sana besar sekali potensinya. Kita bisa kembangkan model budi daya dengan keramba jaring apung di laut. Gondol (Bali) saya rasa bisa dijadikan salah satu model untuk budi daya ikan tuna sirip kuning, mulai dari indukannya, pemijahannya," katanya.
Di samping itu, upaya Menteri Trenggono menggandeng negara yang lebih maju teknologi budidaya perikanannya seperti Vietnam dan Jepang dinilainya menjadi keputusan tepat untuk mendorong pengembangan budidaya berkelanjutan di Indonesia.
Baca juga: KKP kembangkan "modeling" budi daya lima komoditas unggulan Indonesia
Baca juga: China akan percepat pengembangan marikultur laut dalam dan laut lepas
Baca juga: Ketua MPR dorong pengembangan marikultur di Indonesia
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024