Guizhou (ANTARA) - Para petani teh di Jiangkou, Provinsi Guizhou, China barat daya, wilayah yang bertransformasi dari pertanian kecil menjadi pabrik matcha kelas dunia, baru-baru ini disibukkan dengan kegiatan memetik teh musim semi.
Terletak di kaki Gunung Fanjingshan, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, wilayah Jiangkou meliputi area seluas lebih dari 1.800 kilometer persegi dan memiliki populasi lebih dari 200.000 jiwa.
Sekitar satu dekade lalu, area perkebunan teh di wilayah itu hanya seluas 333 hektare. Saat ini, area itu telah berkembang menjadi sekitar 10.666 hektare, dengan hampir seperlima area didedikasikan untuk produksi matcha, yang membentang di seantero Minxiao, Taiping, Minhe, Guanhe, dan Dewang.
Pada 2023, penjualan matcha di wilayah Jiangkou telah melampaui 1.000 ton, dengan total nilai produksi sebesar 200 juta yuan (1 yuan = Rp2.247) atau sekitar 29,17 juta dolar Amerika Serikat (1 dolar AS = Rp16.276). Berbagai produk matcha wilayah itu dipajang di toko-toko minuman dan toko kue di berbagai kota di China.
Produknya matcha dari Jiangkou mencakup kosmetik dan produk kesehatan, sementara beberapa produk bahkan telah diekspor ke sejumlah negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.
Pada 2017, wilayah itu memperkenalkan perusahaan industri pertanian terkemuka yang membangun kawasan industri berstandar tinggi di sana, yang mempergunakan teknik-teknik produksi canggih dan cerdas. Anak perusahaan dari Guizhou Gui Tea Group Co., Ltd. itu mampu memproduksi matcha yang memenuhi standar Eropa.
Manajer umum di anak perusahaan tersebut, Meng Zude, mengatakan matcha berstandar Eropa menjadi produk unggulan mereka. Mereka juga mengembangkan lebih dari 20 produk yang terbuat dari matcha, seperti matcha latte, mi matcha dan sabun wajah matcha.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri matcha di Guizhou telah mengadopsi model pengembangan yang melibatkan perusahaan, koperasi, dan petani, yang telah diterapkan di 22 wilayah. Hampir 100.000 petani teh telah mendapat manfaat dari inisiatif itu, yang telah membuahkan peningkatan pendapatan.
Wang Junde, seorang warga Desa Guakou, Bapan, merupakan salah satu penerima manfaat tersebut.
"Saya telah melihat industri teh di Guizhou menjadi semakin maju. Penghasilan saya dari pekerjaan yang berhubungan dengan teh meningkat dari tahun ke tahun," kata Wang Junde.
Dulu, dia biasa mendapatkan penghasilan sekitar 70-80 yuan per hari. Saat ini, dengan melakukan beberapa pekerjaan di perkebunan teh dekat rumahnya, dia bisa mendapatkan lebih dari 100 yuan setiap hari.
Para pakar dan ahli agronomi meyakini bahwa Guizhou, yang terletak di dataran tinggi, memiliki keunggulan geografis dan iklim seperti ketinggian, lintang rendah, kawasan berkabut, dan sinar matahari yang terbatas yang ideal untuk menanam teh. Oleh karena itu, teh yang diproduksi di daerah ini berwarna hijau, ekologis, dan organik.
Dikombinasikan dengan penerapan langkah-langkah pengendalian hama hijau yang meluas, produk teh Guizhou siap menyambut masa depan yang cerah.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024