tetap mengedepankan kontur asli sebagai pintu menuju hutan dan pengembangan di dalam kawasan tidak akan berdampak negatif terhadap lingkunganManggarai Barat, NTT (ANTARA) - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menjadikan kawasan pariwisata terpadu Parapuar Labuan Bajo sebagai model pengembangan kawasan wisata berbasis lingkungan.
"Kami menjamin Parapuar tetap mengedepankan kontur aslinya sebagai pintu menuju hutan dan pengembangan di dalam kawasan tidak akan berdampak negatif terhadap lingkungan," kata Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama BPOLBF Frans Teguh dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Kamis.
Ia juga menjelaskan berkaitan dengan proses investasi yang sedang berjalan yakni dengan Dusit Internasional dan Eiger Indonesia, menurut dia, BPOLBF juga berpegang teguh pada pedoman dan prinsip pembangunan berbasis lingkungan yang telah dibuat, dimana pembangunan yang dilakukan di dalam kawasan tidak boleh melebihi luasan lahan yang boleh dimanfaatkan.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno berharap Labuan Bajo jadi green destination
Baca juga: Menparekraf ajak anggota REI investasi di Parapuar Labuan Bajo NTT
"Bangunan yang akan dibangun di sana tidak boleh merusak keasrian lingkungan serta tinggi bangunan tidak melebihi ketinggian Pohon Munting," katanya.
BPOLBF, lanjut dia, juga menerapkan prinsip konservasi "Satu Berbanding Sepuluh" yang mana satu pohon yang ditebang untuk pengembangan kawasan akan dikonversi dengan 10 pohon.
Baca juga: BPOLBF sebut ekologi jadi prinsip tata kelola pariwisata Labuan Bajo
Baca juga: Otorita ajak investor lokal bangun Parapuar Labuan Bajo
Pewarta: Gecio Viana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024