Padang (ANTARA News) - Para wisatawan mancanegara (wisman),
khususnya peselancar yang datang ke Kepulauan Mentawai, lebih memilih menginap di atas kapal pesiar daripada memanfaatkan penginapan berjarak sekitar 110 mil laut dari pesisir pantai Barat, Sumbar itu.
Mereka memilih tidur di kapal karena dinilai lebih aman dan murah ketimbang turun ke daratan Mentawai. Hal ini jelas kerugian secara ekonomis bagi pelaku bisnis wisata Mentawai dan Sumbar, kata Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Dr James Hellyward di Padang, Sabtu.
"Secara materi dan ekonomi, Sumbar masih rugi dengan kegiatan wisata khususnya selancar di Mentawai," ujarnya.
Selain rugi dari sisi penyediaan akomodasi, operator wisata untuk Surfing (selancar) di Mentawai masih dilakukan pelaku usaha di Australia dan Singapura.
Selain itu, mereka datang ke Sumbar melalui Singapura dan karena tidak ada penerbangan langsung ke Mentawai para peselancar itu masuk melalui Riau, sehingga pembayaran visanya justru diperoleh provinsi tersebut.
James mengatakan, keuntungan yang diperoleh Sumbar dari wisata Mentawai baru sebatas nama, karena provinsi ini menjadi terkenal di Indonesia dan internasional karena memiliki salah satu lokasi surfing terbaik di dunia.
Ia mengatakan, lama tinggal wisman di Mentawai cukup panjang yang mencapai sepuluh hari dengan pengeluaran sekitar tiga ribu dolar Australia.
Menyadari potensi wisata Mentawai yang besar ini maka diperlukan kebijakan mengajak mereka turun ke daratan Mentawai sehingga dari uang yang dibelanjakannya bisa menambah kesejahteraan dan ekonomi daerah tersebut.(*)