Akibat dari penurunan volume yang besar tersebut, nilai ekspor bulan Februari hanya mencapai 1,80 miliar dolar AS.

Jakarta (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebutkan realisasi ekspor minyak sawit mentah (CPO) selama Februari 2024 mencapai 2,17 juta ton turun 26,48 persen dibandingkan Januari tahun ini sebanyak 2,81 juta ton.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono, di Jakarta, Selasa, menyatakan secara volume, penurunan terbesar terjadi pada olahan CPO dari 1,93 juta ton menjadi 1,49 juta ton, diikuti dengan CPO dari 367 ribu ton menjadi 152 ribu ton dan oleokimia dari 393 ribu ton menjadi 364 ribu ton.

Sementara itu, katanya pada Halalbihalal Gapki dengan Media, ekspor olahan PKO naik dari 106 ribu ton pada Januari menjadi 129 ribu ton pada Februari 2024.

"Akibat dari penurunan volume yang besar tersebut, nilai ekspor bulan Februari hanya mencapai 1,80 miliar dolar AS," katanya pula.

Besaran nilai ekspor tersebut, ujarnya pula, turun dari 2,30 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada Januari 2024, meskipun harga CPO cif Rotterdam naik dari 958 dolar AS/ton menjadi 965 dolar AS/ton.

Menurut Mukti, penurunan volume ekspor dari bulan Januari ke Februari yang terbesar terjadi untuk tujuan India yakni sebesar 287 ribu ton dari 527 ribu ton menjadi 240 ribu ton (54,45 persen), diikuti tujuan Pakistan sebesar 97 ribu ton dari 284 ribu ton menjadi 187 ribu ton (34,15 persen).

Kemudian tujuan Afrika sebesar 91 ribu ton dari 639 ribu ton menjadi 548 ribu ton (14,24 persen), tujuan China sebesar 49 ribu ton dari 375 ribu ton menjadi 326 ribu ton (13,07 persen), Bangladesh sebesar 43 ribu ton dari 77 ribu ton menjadi 34 ribu ton (55,84 persen) serta Uni Eropa (EU) sebesar 27 ribu ton dari 368 ribu ton menjadi 341 ribu ton (7,34 persen).

Secara year on year (YoY) sampai dengan bulan Februari 2024 terhadap 2023, ekspor tujuan Pakistan meningkat 54,93 persen dari 304 ribu ton menjadi 471 ribu ton, tujuan EU naik 2,20 persen dari 909 ribu ton menjadi 929 ribu ton.

Sedangkan ekspor untuk tujuan China turun 47,37 persen dari 1.332 ribu ton menjadi 701 ribu ton, tujuan Bangladesh turun 42,78 persen dari 194 ribu ton menjadi 111 ribu ton, tujuan Afrika turun 19,24 persen dari 769 ribu ton menjadi 621 ribu ton, dan tujuan India turun 17,45 persen dari 928 ribu ton menjadi 766 ribu ton.

Menyinggung produksi CPO secara nasional, mantan Sekretaris Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian itu menyebutkan pada Februari 2024 diperkirakan turun 8,25 persen dibandingkan Januari tahun ini.

Volume produksi pada Februari, ujarnya pula, mencapai 3,88 juta ton lebih rendah dari bulan sebelumnya sebanyak 4,23 juta ton, begitu pula dengan produksi PKO diperkirakan turun sekitar 8,24 persen dari 402 ribu ton menjadi 369 ribu ton.

"Turunnya produksi ini disebabkan antara lain jumlah hari kerja pada bulan Februari yang lebih sedikit dibandingkan bulan Januari," ujarnya.

Total konsumsi dalam negeri pada bulan Februari juga mengalami penurunan 4,02 persen dibandingkan bulan Januari 2024 yaitu dari 1,94 juta ton menjadi 1,86 juta ton.

Konsumsi pada bulan Februari untuk pangan, oleokimia dan biodiesel mengalami penurunan secara berurutan menjadi 769 ribu ton, 175 ribu ton dan 920 ribu ton dari 800 ribu ton, 187 ribu ton dan 957 ribu ton pada bulan Januari atau turun masing-masing sebesar 3,87 persen, 6,42 persen dan 3,77 persen.

"Penurunan konsumsi juga antara lain disebabkan jumlah hari kalender Februari yang lebih sedikit dari bulan Januari," katanya lagi.

Dengan stok awal Februari sebesar 3.032 ribu ton, produksi CPO dan PKO 4.252 ribu ton, konsumsi dalam negeri 1.864 ribu ton dan ekspor 2.166 ribu ton, ujarnya pula, maka stok akhir Februari 2024 diperkirakan sekitar 3.259 ribu ton atau meningkat sekitar 7,49 persen dibandingkan stok Januari 2024.
Baca juga: Gapki: Ekspor CPO Sumut 2,6 miliar dolar AS sampai September 2023
Baca juga: BPS sebut Eropa, China dan India pengaruhi penurunan ekspor CPO

Pewarta: Subagyo
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024