Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengungkapkan, akhir-akhir ini konsumsi minyak tanah bersubsidi meningkat di luar dugaan. Kepala BPH Migas Tubagus Haryono sebelum peresmian kantor baru BPH Migas oleh Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Jumat malam mengatakan, peningkatan tersebut terutama karena banyak petani memakai minyak tanah guna menjalankan mesin pompa airnya. "Saat ini musim kemarau, sehingga banyak petani yang memakai pompa air. Namun sayang, pompa airnya memakai minyak tanah bersubsidi yang seharusnya hanya diperuntukkan buat rumah tangga," katanya. Meski minyak tanah seharusnya hanya buat rumah tangga, lanjut Tubagus, namun BPH Migas tidak bisa melarangnya karena digunakan para petani yang merupakan rakyat kecil. Selain petani, para nelayan juga banyak yang memakai minyak tanah bersubsidi buat menjalan mesin kapalnya. Karenanya, Tubagus meminta agar pemerintah melalui Departemen Perindustrian tidak mengeluarkan izin impor mesin berbahan bakar minyak tanah. "Di pasaran saat ini banyak dijumpai mesin pompa merek Dong Fang (asal China) yang berbahan bakar minyak tanah. Kami minta Deperin melarang impor mesin itu," ujarnya. Namun, Tubagus mengaku tidak mengetahui secara pasti berapa volume penyimpangan minyak tanah bersubsidi itu. Hanya saja, tambahnya, akibat permintaan minyak tanah yang di luar perkiraan itu menyebabkan terjadinya kekurangan pasokan di sejumlah wilayah.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006