Orang berkesenian dengan komunitasnya yang kuat, memiliki identitas, dan jati diri yang kuat, membuat mereka tidak mudah dijadikan objek kepentingan, termasuk kepentingan politik,"

Magelang (ANTARA News) - Komunitas kesenian rakyat yang kuat akan membuat mereka yang tergabung di dalamnya tidak mudah menjadi berbagai objek kepentingan termasuk menyangkut politik praktis, kata pengamat seni dari Institut Kesenian Jakarta Maria Dharmaningsih.

"Orang berkesenian dengan komunitasnya yang kuat, memiliki identitas, dan jati diri yang kuat, membuat mereka tidak mudah dijadikan objek kepentingan, termasuk kepentingan politik," katanya di Magelang, Kamis (5/12) malam.

Maria yang juga Wakil Dekan Fakultas Seni Pertunjukan IKJ itu, mengemukakan hal tersebut di sela mendampingi rombongan peserta dari Jakarta yang mengikuti lokakarya seni pertunjukan bersama seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merbabu, Andong, Merapi, Menoreh, dan Sumbing) di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Lokasi lainnya untuk mereka menjalani lokakarya itu, adalah Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Pada umumnya kelompok kesenian terutama yang berbasis masyarakat pedesaan sering dimanfaatkan untuk kepentingan kampanye politik, antara lain karena kesenian rakyat memiliki daya tarik kuat untuk menghadirkan massa.

"Jika memiliki kekuatan identitas dan jati diri maka komunitas kesenian rakyat tidak lagi membutuhkan embel-embel politik," katanya.

Ia menyatakan sebagai hal yang sah saja bila calon anggota legislatif atau partai politik meminta suatu komunitas kesenian rakyat untuk mementaskan keseniannya dalam kegiatan politik.

Akan tetapi, katanya, hal itu tidak menjadi jaminan komunitas kesenian yang kuat itu untuk kemudian anggotanya memberi pilihan politik kepada partai itu dalam suatu pemilihan umum.

"Kalau memang suatu komunitas kesenian rakyat itu kuat, malah mereka justru memanfaatkan partai politik dengan para calegnya, antara lain untuk kepentingan perkembangan kesenian dan kesejahteraan masyarakat luas. Harus pintar-pintar itu," katanya.

Inspirasi

Ia mengharapkan peserta lokakarya itu, mampu menggali inspirasi berkesenian yang selama ini dijalani masyarakat petani pedesaan yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung.

"Teman-teman dari Jakarta pengin belajar ke Komunitas Lima Gunung, untuk menggali inspirasi kehidupan komunitas kesenian ini, yang ternyata kesenian menjadi bagian dari hidup mereka," katanya.

Ia mengemukakan bahwa hidup berkesenian tidak cukup hanya membaca buku dan berlatih untuk kemudian menggelar pementasan, akan tetapi juga mengalami suatu kehidupan masyarakat secara langsung.

Secara teknik penyajian kesenian, katanya, kalangan pekerja seni di kota barangkali lebih pintar ketimbang desa.

"Akan tetapi seniman desa seperti yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung, ternyata sudah melampaui persoalan teknik berkesenian. Kalau rakyat berkesenian, itu bagian dari keseimbangan kehidupan dengan lingkungan alamnya," katanya.

Ia mengemukakan bahwa kehidupan komunitas kesenian rakyat sebagai hal yang wajar dan sederhana.

"Mereka (Komunitas Lima Gunung, red.) hidup berkesenian secara wajar, sederhana, membangun sikap kritis, mengembangkan semangat gotong-royong. Ini contoh kesenian bagian dari kehidupan yang memengaruhi lini kehidupan yang lain. Kalau di kota besar, kesenian menjadi kepentingan untuk ditunjukan, bersaing, sehingga menjadi persoalan rumit," katanya.

Peserta lokakarya seni pertunjukan (5-7 Desember 2013) itu berjumlah sekitar 50 orang, antara lain kalangan mahasiswa IKJ dan Universitas Negeri Jakarta, serta pekerja seni berasal dari berbagai sanggar kesenian di Jakarta. (M029/Z002)

Pewarta: M Hari Atmoko
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013