Tugas Pak Johnny Darmawan (sebagai salah satu ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia/Gaikindo) adalah membuat program lokalisasi komponen itu jalan, agar bisa mendekati 100 persen,"
Kuta (ANTARA News) - Menperin MS Hidayat mengatakan industri komponen otomotif jangan didominasi investor asing, sehingga memberi kesempatan kepada usaha kecil dan menengah (UKM) lebih banyak masuk ke sektor tersebut.
"Tugas Pak Johnny Darmawan (sebagai salah satu ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia/Gaikindo) adalah membuat program lokalisasi komponen itu jalan, agar bisa mendekati 100 persen," katanya pada forum komunikasi dunia usaha dan pemerintah cq Kemenperin, di Kuta, Bali, Kamis.
Ia berharap banyak industri kecil dan menengah yang terlibat dalam peningkatan penggunaan komponen lokal tersebut. "Itulah yang bisa membuat Indonesia menjadi negara industri yang tangguh," ujar Hidayat.
Diakui salah satu Ketua Gaikindo Johnny Darmawan yang menjadi panelis pada diskusi di forum tersebut, jumlah industri yang memasok komponen di Indonesia masih sedikit dibandingkan Malaysia dan Thailand. Malaysia, kata dia, memiliki 400 unit industri yang memasok komponen, terdiri dari komponen mencapai 400 unit usaha yang terdiri dari 100 perusahaan di lapis pertama dan 140 perusahaan di lapis ke-2 dan 3. Sedangkan Jumlah pemasok komponen di Thailand lebih banyak lagi, mencapai 2500 perusahaan, yang terdiri dari 500 perusahaan pemasok di lapis pertama, dan 2.000 pemasok di lapis ke-2 dan 3.
"Sedangkan di Indonesia baru 300 industri yang memasok komponen terdiri dari 160 pemasok komponen lapisan pertama dan 140 pemasok lapisan ke-2 dan 3," kata Johnny. Untuk meningkatkan jumlah pemasok komponen di tanah air, kata dia, pemerintah perlu membantu upaya penurunan biaya produksi dan logistik. "Pemerintah harus memikirkan cara agar produksi komponen di Indonesia tidak mahal," katanya. Antara lain, lanjut dia, dengan perbaikan infrastruktur jalan dan pelabuhan, serta kebijakan perburuhan.
Ia mengatakan pengembangan industri komponen di Thailand berkembang, terutama untuk lapis ke-2 dan ke-3 yang ditangani usaha kecil dan menengah, karena dilakukan dengan sistem alih daya (outsourching). Demikian pula dengan Malaysia.
"Tanpa kebijakan yang mendorong biaya produksi yang lebih murah, sulit mengharapkan industri komponen di lapis pertama, mengalihkan pekerjaan ke industri di lapis ke-2, 3 atau 4, yang sebagian besar usaha mikro, kecil, dan menengah," kata Johnny.
Sementara itu Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Budi Darmadi, mengatakan pemerintah berupaya "memaksa" para prinsipal (pemegang merek) otomotif meningkatkan penggunaan komponen lokal, salah satunya dengan pengembangan low cost and green car (LCGC).
Dalam ketentuan LCGC, pemerintah mewajibkan prinsipal menggunakan komponen lokal hingga 85 persen. (*)
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013