Chengdu (ANTARA) - Sebuah basis industri yang berfokus pada produksi kendaraan udara nirawak (unmanned aerial vehicle/UAV) mulai beroperasi pada Minggu (28/4) di Kota Zigong, Provinsi Sichuan, China barat daya, demikian disampaikan Aviation Industry Corporation of China (AVIC).
AVIC Chengdu Aircraft Industrial (Group) Co., Ltd. dan pemerintah kota Zigong bersama-sama membangun basis industri ini, yang bertujuan untuk mendorong pengembangan industri UAV berkualitas tinggi, kata AVIC, produsen pesawat terbang terkemuka di negara itu.
Sebagai pelopor dalam basis industri UAV, AVIC (Chengdu) Unmanned Aerial Vehicle System Co., Ltd. (AVIC UAS) telah meluncurkan lini produksi yang mampu menangani perakitan akhir dan sejumlah pengujian hingga 200 UAV setiap tahunnya, menurut AVIC.
Sejak 2021, Zigong telah mengembangkan industri UAV dan penerbangan umum, menarik 56 institusi dan perusahaan terkait, serta menjadi terkenal dengan produksi dan aplikasi percontohan UAV berukuran besar dan menengah.
Dikembangkan oleh AVIC UAS, sebuah UAV sipil berukuran besar Wing Loong-2 pada Minggu berhasil melakukan penerbangan uji coba logistik udara, yang berpotensi memberikan solusi baru untuk logistik udara di ketinggian rendah, menurut AVIC.
UAV berukuran besar itu lepas landas dari bandar udara di Zigong untuk melaksanakan misi penerbangan uji coba logistik udara regional selama 15 menit di wilayah udara dengan ketinggian rendah. Kemampuan penanganan kargo yang cepat diverifikasi dalam penerbangan uji coba tersebut.
UAV sipil berukuran besar seri Wing Loong, produk UAV utama dari basis industri itu, bersiap untuk mengeksplorasi potensi dan skenario aplikasi baru dalam ekonomi ketinggian rendah (low-altitude economy) yang sedang berkembang di negara itu, kata pihak pengembangnya.
Memanfaatkan peluang yang dihadirkan oleh low-altitude economy, AVIC UAS akan mengembangkan keunggulannya secara penuh dan menghasilkan sumber daya industri inti untuk mengembangkan basis industri UAV Zigong menjadi sebuah klaster modern, kata Zhang Xiaojun, Chairman AVIC UAS.
Menurut laporan kerja pemerintah tahun ini, China bertekad untuk mengembangkan pendorong pertumbuhan baru, seperti biomanufaktur, industri ruang angkasa komersial, dan low-altitude economy.
Di sektor low-altitude economy saja, ukuran pasar diperkirakan akan melonjak dari 500 miliar yuan (1 yuan = Rp2.238) lebih atau sekitar 70,36 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.222) pada 2023 menjadi 2 triliun yuan pada 2030 setelah negara itu mempercepat pengembangan UAV, di antaranya penggunaan untuk kegiatan pariwisata dan logistik.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024