Istanbul (ANTARA) - Para menteri energi kelompok G7, Senin (29/4), berjanji untuk menutup pembangkit listrik tenaga batubara mereka paling lambat pada 2035 dan keputusan itu berpotensi memberikan contoh global dalam memerangi krisis iklim, demikian lapor media.
"Kami memiliki kesepakatan untuk menghentikan penggunaan batubara secara bertahap pada paruh pertama tahun 2030-an," kata menteri Inggris di Departemen Keamanan Energi dan Net Zero, Andrew Bowie.
Dia mengatakan hal tersebut kepada televisi Class CNBC Italia di Turin, tempat pertemuan tersebut.
"Ini adalah perjanjian bersejarah, sesuatu yang tidak dapat kami capai pada COP28 di Dubai tahun lalu," tambahnya, mengacu pada konferensi perubahan iklim PBB.
"Kehadiran negara-negara G7 untuk menyampaikan sinyal tersebut kepada dunia - bahwa kita, negara-negara maju berkomitmen untuk menghentikan penggunaan batubara pada awal tahun 2030-an - sungguh luar biasa," tambahnya.
Para menteri yang hadir diperkirakan akan menyelesaikan perjanjian tersebut pada Selasa (30/4), menurut Menteri Energi Italia Gilberto Pichetto Fratin.
Departemen Luar Negeri AS menolak membahas perjanjian yang dilaporkan tersebut.
Pemerintahan Biden pekan lalu meluncurkan peraturan penting yang bertujuan mengurangi emisi berbahaya dari pembangkit listrik, yang mewajibkan fasilitas batubara dan gas alam baru untuk mengurangi 90 persen polutan iklim pada 2032.
Peraturan tersebut diperkirakan akan mengurangi emisi karbon dioksida dari sektor tersebut sebesar 75 persen dibandingkan tingkat pada tahun 2005.
Aturan tersebut akan berlaku jika Biden memenangi pemilihan kembali pada musim gugur ini.
Jika saingannya, Donald Trump, berhasil kembali ke Ruang Oval, mantan presiden tersebut telah berjanji untuk mengakhiri program-program untuk melawan pemanasan global, yang dia sebut sebagai "hoax."
Sumber: Anadolu
Baca juga: Polandia resmikan pembangkit listrik tenaga batu bara terbesar di Eropa
Baca juga: UE adopsi sanksi baru atas Rusia, termasuk larangan impor batu bara
Baca juga: Dunia krisis energi, batu bara penyebab polusi kini dicari
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024