Dalam acara bertajuk Green Impact Day – Untuk Ketahanan Pangan, Air, dan Energi Indonesia di Sasana Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat, Senin, ia menyampaikan bahwa kebijakan yang pertama yakni mendorong aktivitas riset dan pengembangan guna menghadirkan efektivitas dan efisiensi teknologi bagi pelaku ekonomi digital.
Ia menjelaskan, kebijakan yang kedua yakni mengoptimalkan riset dan inovasi sebagai solusi bagi perusahaan rintisan lokal serta akses informasi strategis untuk mendukung pembangunan dan kebijakan yang ketiga meningkatkan perlindungan merek dan perlindungan paten invensi teknologi.
"Keempat, mengadopsi teknologi digital di sektor-sektor prioritas, seperti manufaktur, pertanian, logistik, dan keuangan, dan kelima, menggalakkan pendanaan dan investasi pada ekonomi digital," kata dia sebagaimana dikutip dalam siaran pers kementerian.
Baca juga: Pemerintah berkomitmen mengakselerasi transformasi ekonomi digital
Baca juga: Pemerintah himpun pajak Rp22,18 triliun dari usaha ekonomi digital
Mengutip data Google, Temasek, Bain & Company (2023), ia menyebutkan bahwa ekonomi digital Indonesia nilainya pada 2025 diproyeksikan mencapai 109 miliar dolar AS (sekitar Rp1,7 kuadriliun) atau naik sekitar 15 persen bila dibandingkan dengan tahun 2023.
"Salah satu pendorongnya adalah transformasi ekonomi hijau yang merujuk pada pemanfaatan teknologi dan sains untuk produk dan layanan yang ramah lingkungan," katanya.
Budi Arie mengemukakan bahwa teknologi hijau berbasis kecerdasan artifisial (AI) juga akan berkontribusi bagi perekonomian global pada tahun 2030, nilai lebih besar 4,4 persen dibandingkan jika AI dimanfaatkan untuk bisnis pada umumnya.
Baca juga: Pemerintah komitmen percepat pengembangan ekonomi digital RI
Baca juga: Wamenkominfo: Indonesia potensial dalam pengembangan ekonomi digital
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024