Dalam upaya mendukung percepatan penurunan stunting, partisipasi masyarakat terhadap posyandu menjadi salah satu kunci
Jakarta (ANTARA) - Deputi Advokasi, Penggerakan, dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sukaryo Teguh Santoso mengatakan bahwa partisipasi masyarakat di posyandu adalah kunci penurunan stunting.
"Dalam upaya mendukung percepatan penurunan stunting, partisipasi masyarakat terhadap posyandu menjadi salah satu kunci. Kalau posyandu dibuka di hari tertentu, rasa-rasanya ya wajib lah semua keluarga ikut nyengkuyung, mendukung," kata Teguh saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Teguh menyampaikan hal tersebut dalam rangkaian memperingati Hari Posyandu Nasional yang jatuh setiap 29 April.
Menurutnya, partisipasi ibu hamil perlu ditingkatkan apabila ingin menyukseskan program-program di posyandu.
Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya cegah stunting demi raih jendela kesempatan
"Artinya, ibu hamil harus datang, ibu dengan bayi di bawah dua tahun (baduta) harus hadir, untuk diperiksa berat, tinggi badan, lingkar kepala, dan aspek-aspek lainnya, jadi kuncinya ayolah datang ke posyandu untuk mewujudkan kesehatan ibu dan anak, termasuk mencegah stunting," ujar dia.
Teguh juga menegaskan dalam upaya penurunan stunting, posyandu juga mesti mampu meningkatkan cakupan partisipasi masyarakat.
"Jadikan posyandu sebagai pusat pelayanan dasar keluarga atau masyarakat yang berbasis di masyarakat paling bawah, gotong royong itulah posyandu," tuturnya.
Menurutnya, apabila kegiatan posyandu dijalankan dengan baik dan benar, maka stunting dapat dikelola dengan baik, karena termasuk salah satu bagian pencegahan.
Baca juga: BKKBN gelar diskusi kependudukan di Kampung KB percontohan Jakarta
"Contoh, posyandu itu kan sasaran utamanya ibu hamil, nah standar operasional prosedurnya disarankan untuk percepatan penurunan stunting, paling tidak enam kali untuk pemeriksaan ibu hamil yang sebelumnya empat kali. Ini kan dilakukan di posyandu," kata dia.
Ia juga menjelaskan bahwa program-program BKKBN telah terintegrasi dengan posyandu sejak tahun 1988.
"Sejak awal, tahun 1988 sebenarnya sudah ada integrasi itu, melalui program keluarga berencana, karena posyandu itu kan programnya kesehatan ibu, anak, termasuk bayi, balita, imunisasi, ada keluarga berencana. Artinya, integrasi BKKBN dengan posyandu sudah sejak awal dilakukan," ucap Teguh.
Ia menambahkan sejak tahun 1985, tanggal 29 April sudah dicanangkan sebagai Hari Posyandu Nasional, sekaligus menandai peresmian pembentukan posyandu oleh Presiden Soeharto.
Baca juga: BKKBN: Jumlah keluarga berisiko stunting tahun 2023 sudah menurun
Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya kesamaan pengukuran balita di posyandu
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024