Kanye West digugat mantan petugas keamanan karena tuduhan rasisme

Jakarta (ANTARA) - Kanye West menerima gugatan hukum dari seorang mantan petugas keamanan yang pernah bekerja untuknya atas tuduhan telah memperlakukan pegawai kulit hitam secara tidak baik.

Menurut laporan Music News, Minggu (28/4) waktu setempat, gugatan itu dilayangkan oleh Benjamin Deshon Provo yang menudingnya sering berteriak dan memarahi pegawai kulit hitam.

Benjamin juga menyebut bahwa dirinya dipecat oleh rapper dengan yang dikenal dengan nama baru Ye itu setelah menolak untuk memotong rambut gimbalnya.

Gugatan ini menyusul keluhan serupa dari para pegawai Donda Academy, sekolah yang didirikan oleh Kanye.

Gugatan yang diajukan oleh Benjamin pada Jumat (26/4) menyebutkan bahwa dirinya pernah bekerja untuk Kanye pada bulan Agustus tahun 2021 sebelum ditugaskan menjadi petugas keamanan di Donda Academy selama enam bulan.

Saat bekerja di Donda Academy, Benjamin mengaku banyak diberikan tugas tambahan akibat kekurangan tenaga kerja. Selain itu, Benjamin juga ditugaskan menjaga keamanan di gudang Yeezy dan acara Sunday Service yang digelar Kanye.

Gugatan itu juga menyebut bahwa West mewajibkan siapapun yang terafiliasi dengan Donda Academy harus membuang buku-buku terkait Martin Luther King, Malcolm X, dan tokoh-tokoh aktivis masyarakat kulit hitam lainnya.

Benjamin menuduh rapper pelantun lagu "Jesus Walks" itu memperlakukan pegawai kulit hitam berbeda dengan pegawai non-kulit hitam. Dia juga menuduh mendapat upah lebih sedikit tanpa alasan yang jelas.

Sebelumnya, mantan pegawai Kanye lainnya bernama Trevor Phillip juga melayangkan gugatan awal bulan ini. Gugatan itu menuduh Kanye mengeluarkan ujaran kebencian, antisemit, dan anti-LGBTQ+ kepada murid-murid di sekolahnya.

Sampai saat ini, Kanye belum memberikan tanggapan mengenai gugatan yang dilayangkan Benjamin kepadanya.