Kami mengadakan konferensi ini tidak hanya memahami dampak dari media baru atas masyarakat Muslim tetapi juga membuat langkah-langkah untuk dunia Muslim mengambil manfaat optimum teknologi komunikasi dan informasi bagi kemasalahatan umat manusia,"

Jakarta (ANTAR News) - Rabithah Alam Al-Islami (Liga Dunia Muslim) mempercayakan kembali Indonesia untuk menjadi tuan rumah Konferensi Islam Internasional mengenai Media ke-3.

Konferensi Islam Internasional Media ke-3 tersebut dimaksudkan sebagai forum untuk berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai peran media dan Islam, dan umatnya yang sering menjadi korban pembentukan opini yang salah.

Acara konferensi yang berlangsung di Jakarta, 3--5 Desember 2013 dan bertema "Media dan Tanggung Jawab Sosial" mengingatkan pada semua akan semakin besar dan kuatnya pengaruh media dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan di dunia di masa kini dan masa depan.

Konferensi pertama diselenggarakan tahun 1980 di Jakarta dan konferensi kedua juga di Jakarta pada tahun 2011.

Dengan perubahan dinamis media internasional, yang semakin demokratis, Ketua Organisasi Islam Internasional Media Dr Hassan Al-Ahdal mengatakan Liga ini memandang penting untuk mengadakan konferensi lagi bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia.

"Kami mengadakan konferensi ini tidak hanya memahami dampak dari media baru atas masyarakat Muslim tetapi juga membuat langkah-langkah untuk dunia Muslim mengambil manfaat optimum teknologi komunikasi dan informasi bagi kemasalahatan umat manusia," kata Hassan.

Para pakar dan pengamat media mengemukakan bahwa memasuki abad ke-21, umat manusia memasuki "milenium informasi" di mana komunikasi dan informasi yang disebarkan melalui media massa akan secara signifikan menentukan arah perkembangan masyarakat.

"Dalam era informasi dewasa ini umat manusia dihadapkan pada perubahan nilai bahwa seolah apa yang dikatakan media massa adalah benar, akurat dan dapat dipercaya," kata Menteri Agama Suryadharma Ali, dalam sambutannya mewakili Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta Selasa ketika membuka konferensi itu yang dihadiri nara sumber dan peserta dari lebih 40 negara.

Menurut dia, realitas sosial telah dipersempit maknanya menjadi "realitas media" atau realitas seperti apa yang tertera dalam media.

Kecenderungan penyempitan makna informasi bukan hanya harus menjadi kesadaran bersama tetapi juga semakin menambah besar tanggung jawab sosial media massa, kata Menag.

Oleh karena itu masyarakat harus cerdas dan selektif dan kritis terhadap informasi, kata dia.

Sesuai ayat Al Quran, telah diingatkan untuk melakukan cek dan cek ulang terhadap suatu informasi dan berita yang tidak jelas asal-usulnya. Di sisi lain orang-orang beriman diingatkan agar selalu berkata benar serta menjauhi fitnah dan kebohongan.

"Saya sangat mengapresiasi bahwa konferensi ini akan menyoroti aspek-aspek penting berkaitan dengan masalah tanggung jawab sosial media massa," kata Suryadharma.

Pendekatan yang mesti dilakukan, katanya, ialah pendekatan bercorak multidisiplin sehingga dapat menghasilkan rumusan yang komprehensif dan memberikan sumbangan berarti pada tingkat akademik maupun pada perumusan regulasi akan pemanfaatan media bagi pembangunan di negara-negara Muslim.

Dalam ceramahnya mantan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla mengatakan, di tengah-tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, media telah menjadi bagian hidup karena lebih 2-3 jam sehari orang menonton acara di televisi dan memanfaatkan sosial media.

"Namun media kadang bertindak tidak adil dalam memberitakan," kata Kalla, yang juga ketua umum Palang Merah Indonesia dan Dewan Masjid Indonesia itu.

Menurut dia, media dapat membawa hal-hal positif dan negatif.

"Hal terpenting adalah bagaimana media menyediakan konten yang mendidik dan menarik," kata dia.

Sekjen Rabithah Alam Al-Islami Dr Abdullah bin Abdul Mohsen Al-Turki mengatakan tujuan dari konferensi ini antara lain ialah menunjukkan bahwa Islam adalah agama perdamaian.

"Islam memerangi terorisme dan fundamentalisme," kata Abdullah menegaskan.

Sementara Indonesia terus menunjukkan sebagai kekuatan politik dan ekonomi di Asia Tenggara, rasanya tak berlebihan jika Rabithah Alam Al-Islami mempercayakan kepada negara ini yang demokrasi dan mayoritas berpenduduk Muslim terbesar di dunia untuk menjadi tuan rumah konferensi ini yang ketiga kali. (*)

Oleh Mohammad Anthoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013