Washington (ANTARA News) - Angkatan Laut Amerika Serikat mengerahkan pesawat pengintai mutakhir ke Jepang, kata pejabat pada Senin, saat ketegangan meningkat menyangkut pengakuan China atas wilayah di kawasan itu.
Dua jet patroli Poseidon P-8A dikirim dari Jaksonville, Florida, pada Jumat dan tiba di pangkalan udara Kadena, Okonawa, dalam usaha terencana sebelum Beijing mengumumkan wilayah pertahanan udara pada bulan lalu meliputi pulau sengketa di Laut China Timur, kata pejabat Angkatan Laut kepada AFP.
"Ini telah direncanakan sejak lama," kata pejabat yang tidak bersedia namanya disebutkan itu.
"Ini satu penggelaran yang dirotasi."
Empat lagi pesawat Poseidon menurut rencana akan dikirim ke Okinawa akhir bulan ini, kata pejabat itu.
Pengiriman pesawat itu ke Jepang merupakan missi pertama bagi pesawat baru itu, yang akan menggantkan pesawat Orion P-3 buatan tahun 1960-an.
Pesawat P-8A, pesawat Boeing 737 yang diubah dengan memasang radar canggih dan rudal anti-kapal, didesain untuk memburu kapal selam dan melacak kapal lain di laut.
Pada 23 November, China mengumumkan zona identifikasi pertahanan udara yang diperluas dan mengatakan setiap pesawat harus mengajukan rencana penerbangan sebelum memasuki daerah itu, tempat di mana pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur.
Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Amerika Serikat masing-masing telah mengirim pesawat-pesawat ke zona itu tanpa memberitahu China,yang menunjukkan penolakan mereka untuk mengakui pengumuman Beijing itu.
Setelah mengirim dua pembom B-52 pekan lalu, militer AS tetap melakukan penerbangan militer "rutin" di daerah itu tetapi tidak ada tanggapan permusuhan dari China, kata juru bicara Pentagon Kolonel Steven Warren kepada wartawan Senin.
"Reaksi China terhadap operasi kami biasa saja," kata Warren.
"Kami tidak mengubah waktu operasional kami," tambahnya.
Penggelaran pesawat P-8 itu dilakukan saat Wakil Presiden AS Joe Biden akan menyampaikan "kekhawatiran" Washington kepada China tentang zona sistem pertahanan udara China dan berusah meminta penjelasan menyangkut niat Beijing itu.
(H-RN/B002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013