Jawa Barat (ANTARA News) - PT LG Electronics Indonesia (LG) memproyeksikan Indonesia menjadi pusat produksi televisi Ultra High Definition atau UHD untuk kawasan Australia dan Asia Tenggara.
Bermodalkan pabrik produksi dan infrastrukturnya di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, menjadi modal utama bagi perusahaan elektronik dan teknologi informasi asal Korea Selatan itu.
"Tahun depan, rencananya Indonesia akan menjadi pusat produksi untuk kawasan di sekitarnya," kata Terry Putera Santoso, Product Manager Flat Panel Display LG Electronics Indonesia, Selasa.
Meski begitu, proyeksi tersebut masih akan menunggu perkembagnan pasar televisi. Alasannya untuk waktu dekat ini LG masih akan menggarap pasar domestik terlebih dahulu.
Lebih lanjut, target yang lebih diprioritaskan adalah meningkatkan penjualan UHD sebesar sepuluh kali lipat untuk pasar dalam negeri. Baru kemudian melangkah kepada skala yang lebih besar lagi yaitu menjadi pemasok UHD keluaran LG untuk kawasan Asia Tenggara dan Australia.
Kurun 2012-2013, penjualan televisi UHD ada dalam kisaran 20 per bulannya. Sementara pada 2014 ditargetkan dapat menjual hingga 200 unit.
Namun demikian, LG masih belum dapat memasok komponen pokok televisi yang berasal dari Indonesia.
"Sekitar 90 persen komponen TV UHD masih didatangkan dari Korea Selatan, sedangkan sisanya dari Indonesia. Akan tetapi, seratus persen perakitannya ada di dalam negeri."
TV LG UHD terdiri dari tiga varian yaitu 55 inchi, 65 inchi dan 84 inchi.
Televisi layar datar jenis tersebut diklaim lebih baik dalam mencitrakan gambar daripada tipe Full HD TV.
Perbandingannya empat kali lipat di mana UHD mampu menampilkan gambar hingga resolusi 3840 x 2060 piksel sedangkan Full HD hanya 1920 x 1080 piksel.
Terry mengatakan kapasitas produksi dari pabrik yang ada di Cibitung telah mampu memproduksi televisi secara masif.
"Pusat produksi milik LG di Kawasan Industri MM2100 mampu menghasilkan 100 televisi UHD 84 inchi setiap jamnya. Sementara itu, untuk ukuran UHD yang lebih kecil seperti 55 inchi bisa 400-500 unit per jam," kata dia.(*)
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013