Dalam pernyataan persnya yang dinyatakan Xinhua dan dikutip di Jakarta, Sabtu, kementerian tersebut mengatakan tentara Israel menewaskan 51 warga Palestina dan melukai 75 orang lainnya dalam 24 jam terakhir, sehingga total korban tewas bertambah menjadi 34.356 orang dan korban luka-luka menjadi 77.368 orang sejak konflik Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023.
Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa sejumlah korban masih berada di bawah reruntuhan dan di jalan-jalan, dengan tentara Israel mencegah ambulans dan kru pertahanan sipil untuk menjangkau mereka.
Sementara itu, para pejabat Israel menyatakan kekhawatiran bahwa operasi darat yang berpotensi dilancarkan di Rafah, Gaza, dapat mendorong tindakan hukum internasional terhadap Israel
Radio publik Israel Kan melaporkan bahwa Israel sedang bersiap menghadapi ancaman lain dari Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) di Den Haag, dengan kekhawatiran bahwa surat perintah penangkapan untuk para pejabat senior Israel akan dikeluarkan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyetujui rencana operasi darat di Rafah, namun belum mengizinkan tentara untuk bergerak, menurut media Israel.
Selain itu, radio Kan melaporkan bahwa Israel diperkirakan akan "segera" mulai mengevakuasi warga sipil dari Rafah sebelum pelaksanaan rencana serangan ke kota paling selatan di Gaza itu, menyusul pertemuan kabinet perang Israel pada Kamis (25/4).
Menurut laporan tersebut, Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF), Herzi Halevi, mempresentasikan rencana serangan di hadapan para anggota kabinet masa perang dan mengatakan bahwa pasukan darat siap untuk bergerak begitu perintah diberikan.
Rafah telah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi lebih dari 1,4 juta warga Palestina setelah mereka mengungsi dari wilayah utara dan tengah Jalur Gaza akibat perang yang masih berlangsung antara Hamas dan Israel selama lebih dari enam bulan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2024