Jakarta (ANTARA) - Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Firdaus Ali mengatakan bahwa melalui World Water Forum, Indonesia akan mendalami, belajar, dan mengembangkan pengelolaan prediksi cuaca untuk menghadapi iklim ekstrem.
“Kami ingin juga mendalami, belajar, dan mengembangkan lebih jauh lagi bagaimana peran dari prediksi cuaca untuk bisa kita kelola dengan baik,” ujar Firdaus kepada ANTARA, dikutip di Jakarta, Sabtu.
Pernyataan tersebut ia sampaikan ketika disinggung mengenai peran World Water Forum dalam membantu Indonesia memitigasi dampak cuaca ekstrem terhadap ketahanan pangan dalam negeri.
Firdaus mengatakan bahwa cuaca dan iklim merupakan fenomena yang dapat diprediksi, berbeda dengan gempa bumi yang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi dan seberapa besar kekuatannya.
Oleh karena itu, ia berharap dengan mengetahui cara mengembangkan dan mengelola data dari prediksi cuaca, Indonesia dapat mengantisipasi iklim ekstrem, serta memitigasi dampak yang dirasakan oleh masyarakat.
“Sehingga kita bisa mengantisipasi lebih tepat lagi, lebih baik lagi, di samping kita harusnya membangun infrastruktur untuk bisa mendukung pengelolaan,” kata Firdaus.
Dalam rangka memberi wadah kepada berbagai negara untuk bertukar pikiran, Indonesia mengusulkan pembangunan pusat keunggulan atau praktik terbaik untuk ketahanan air dan iklim atau Centre of Excellence on Water and Climate Resilience (COE).
“Indonesia punya fasilitas. Infrastruktur kita sudah punya, tinggal tadi kolaborasi internasional, dukungan dari para negara donor,” ucap Firdaus.
Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja mengatakan bahwa Indonesia akan mengusulkan pendirian Centre of Excellence on Water and Climate Resilience pada World Water Forum (WWF) 2024 untuk menghadapi masalah tata kelola air akibat perubahan iklim.
Endra menyoroti keberadaan Sabo Training Center yang berlokasi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dapat menjadi bagian dari COE ke depan.
Dengan mengembangkan Sabo lebih jauh, Endra meyakini Yogyakarta dapat menjadi tempat belajar bagi negara-negara Selatan terkait tata kelola air dan ketahanan iklim.
Selain pembentukan COE, Indonesia berharap agar forum tersebut dapat memberikan hasil konkret mengenai pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil atau integrated water resources management (IWRM) on small islands, serta penetapan Hari Danau Sedunia.
Baca juga: Kemen ESDM sebut World Water Forum bisa buka jalan untuk listrik murah
Baca juga: Kementerian PUPR: WWF ke-10 Bali ruang solusi pengelolaan air global
Baca juga: Strategi Cinta Laura tingkatkan partisipasi warga dalam konservasi air
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024