Samarinda (ANTARA News) - Banjir merendam sejumlah ruas jalan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Senin, menyusul terjadinya hujan deras di wilayah itu.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda, Sutrisno, Senin membenarkan, genangan air yang melanda sebagian wilayah di daerah itu disebabkan curah hujan cukup tinggi sejak Minggu (1/12).
"Curah hujan yang berlangsung kemarin (Minggu) di sekitar wilayah Kota Samarinda sendiri tergolong sedang yakni hanya 16 mili meter tetapi curah hujan cukup tinggi terjadi di bagian utara dan barat. Jadi, kemungkinan inilah yang menyebabkan terjadinya genangan air di sejumlah titik," ungkap Sutrisno.
Banjir terparah terlihat melanda kawasan Simpang Empat Mal Lembuswana.
Pada Minggu sore, ketinggian air di kawasan ini mencapai 50 hingga 60 sentimeter sementara pada Senin siang, air kembali menggenangi kawasan tersebut dengan ketinggian 40 hingga 60 sentimeter.
"Kemarin (Minggu) hujannya memang cukup deras tetapi tidak berlangsung lama dan air tiba-tiba naik. Air bercampur lumpur mengalir cukup deras dan hanya sekitar 10 menit genangan air di jalan sudah mencapai 50 sentimeter. Hari ini, hujan tidak terlalu deras dan hanya berlangsung kurang dari satu jam tetapi air langsung menggenagi jalan hingga masuk ke rumah. Sama seperti kemarin, airnya sangat keruh berwana coklat," ungkap seorang warga Jalan dr. Sutomo Samarinda, Sari.
Banjir yang melanda kawasan Simpang Empat Mal Lembuswana pada Senin siang tersebut menyebabkan kemacetan panjang ruas jalan utama di Kota Samarinda tersebut.
Selain di kawasan itu, genangan air juga melanda Jalan Wahid Hayim hingga ke Jalan PM. Noor dan kawasan Jalan AW Syahranie dengan ketinggia air 60 hingga 70 centimeter.
"Hujan hanya berlangsung kurang dari satu jam tetapi air langsung menggenangi sejumlah ruas jalan. Bagaimana kalau hujan seharian, mungkin hampir seluruh wilayah Samarinda tergenang," ungkap seorang warga Samarinda, Ali.
Genangan air yang melanda sebagain wilayah Kota Samarinda, lanjut Ali, akibat buruknya sistem drainase serta pengupasan lahan oleh aktivitas pembanguan perumahan dan tambang.
"Banyak kawasan resapan air yang dibuka untuk area pembangunan dan tambang sehingga wilayah resapan air untuk menahan banjir semakin berkurang. Kondisi itu diperparah buruknya sistem drainase sehingga jika terjadi hujan air langsung menggenangi jalan dan kawasan permukiman warga," ungkap Ali. (A053/T007)
Pewarta: Amirullah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013