Kita resah. Jangan sampai antara sisi budaya dan agama dicampuradukkan."

Yogyakarta (ANTARA News) - Keraton Yogyakarta meminta aparat Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) menelusuri motif perusakan sejumlah makam leluhur yang telah terjadi beberapa waktu lalu, kata KGPH Hadiwinoto.

"Kami minta Polda DIY bisa berkomunikasi dengan Polres Solo atau Polda Jateng apakah ada kasus yang sama. Apakah pelaku dari kelompok yang sama atau bukan," ujar adik Sultan Hamengku Buwono Xitu di kompleks Keraton Yogyakarta, Senin.

Ia mengemukakan, kepolisian perlu membandingkan motif perusakan makam di daerah lain untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan motif perusakan makam leluhur keluarga keraton Jawa yang bernilai sejarah dan budaya.

Menurut dia, tindakan perusakan terhadap makam atau aset budaya perlu diwaspadai, karena bila dibiarkan bisa menjalar terhadap aset bernilai sejarah lainnya.

Ia menyatakan, polisi perlu menelusuri apakah tindakan perusakan itu atas kehendak perorangan atau dikomando oleh kelompok tertentu.

"Kita resah. Jangan sampai antara sisi budaya dan agama dicampuradukkan. Nanti jadi lain masalahanya," kata Hadiwinoto.

Selain itu, ia menilai, untuk mengantisipasi kejadian yang sama, maka perlu dilakukan pengamanan terhadap makam leluhur.

Ia mencontohkan, hal itu dapat dilakukan melalui rekayasa fisik dengan membuatkan satu pintu dengan kunci pengaman.

"Memang sebelumnya kita telah memprediksikan kemungkinan-kemungkinan itu. Untuk makam-makam yang pokok mungkin bisa dibuatkan kunci," katanya.

Perusakan makam di Yogyakarta sempat terjadi pada Sabtu (23/11) saat nisan makam Kanjeng Pangeran I di Komplek Masjid Sulthoni, Wotgaleh, Sendangtirto, Berbah, Kabupaten Sleman, DIY, digulingkan orang tak dikenal.

Sebelumnya, pada Senin (16/9) perusakan terjadi di makam Kiai Ageng Prawiropurbo, yang cucu Sri Sultan Hamengku Buwono VI.
(T.KR-LQH/I007)

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013