Dhaka (ANTARA News) - Saat berbagai belahan dunia sudah lama mengucapkan selamat tinggal kepada mesin tik, segelintir profesional di Bangladesh masih menggunakan perangkat itu sebagai juru tik.
Sudah tiga dasawarsa mereka bekerja dan tak mau meninggalkan mesin tik yang punya bunyi khas "tik" itu.
Saat menjawab pertanyaan mengapa mereka masih berkutat pada peralatan tua itu Abdul Momen --dari Chandpur di Bangladesh Tenggara-- mengatakan kepada kantor berita Xinhua mesin tik masih akan bertahan lama.
"Saya tak pernah belajar komputer, terlebih lagi, saya terlalu miskin untuk bisa memiliki komputer," kata Momen, juru tik di seberang Jatiya Press Club di dekat pusat Ibu Kota Banglades, Dhaka, baru-baru ini.
"Saya duduk berhadapan dengan mesin ini hampir setiap hari untuk memperoleh sedikit uang guna menghidupi lima anggota keluarga saya," katanya.
"Sekarang penghasilan saya dari mesin ini telah turun sangat drastis dengan kedatangan komputer modern. Saya tak bisa memperoleh lebih dari 100 sampai 200 taka setiap hari dari mengetik. Saya juga melakukan pekerjaan seperti penerjemahan dan buat notaris. Dengan cara ini saya bisa bertahan hidup," kata Momen.
Ia tak memiliki pekerjaan resmi.
Momen dan 50 profesional lain yang menggunakan mesin tik duduk di bawah tenda di luar klub pers di Dhaka.
Abdur Rahim, seorang juru tik lain yang telah menekuni pekerjaannya selama hampir 30 tahun dan duduk di luar markas polisi mengatakan kepada Xinhua bahwa penghasilannya berkisar antara 500 taka dan 700 taka/hari.
Rahim mengatakan ia memang memiliki pekerjaan khusus seperti mengisi formulir rumit yang nyaris tak mungkin dilakukan dengan menggunakan komputer.
Hasil pekerjaannya digunakan dalam penjualan dan pembelian toko dan properti di Ibu Kota Bangladesh.
Rahim mengatakan mereka juga membuat kartu hampir mirip kartu tanda pengenal.
Juru tik profesional tersebut duduk di bawah tenda, tempat fasilitas prasarana tak ada untuk menggunakan komputer. Tenda itu tak memiliki pasokan listrik dan perangkat lain yang diperlukan untuk menggunakan komputer, dan selalu terlihat padat pengunjung.
Di Ibu Kota Bangladesh, ada tempat lain orang menggunakan perangkat tua itu.
Momen mengatakan orang bisa melihat orang lain menggunakan mesin tua tersebut di balairung Kota Kecil Mohammadpur, Nilkhet di dekat Universitas Dhaka, dan di dekat persimpangan jalan Dainik Bangla.
Pemerintah Perdana Menteri Sheikh Hasine, yang memangku jabatan pada awal 2009 untuk kedua kali, berjanji pemerintah akan "mengkomputerkan" negeri tersebut.
Kebanyakan kantor sekarang menggunakan komputer, dan sisa pekerjaan dilakukan secara bertahap.
(Uu.C003)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013