Kabupaten Bandung (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten Bandung Jawa Barat mencatat 61 rumah mengalami kerusakan akibat bencana angin puting beliung yang menerjang Kecamatan Cimaung pada Rabu (24/4).
“Angin puting beliung kemarin, menyebabkan 27 rumah rusak di Desa Cimaung dan di Desa Sukamaju mencapai 34 rumah," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Uka Suska Puji Utama di Kabupaten Bandung, Kamis.
Meskipun tidak menyebabkan korban jiwa dalam musibah bencana alam angin puting beliung di wilayah tersebut, tampak terdapat rumah mengalami kerusakan berat karena tertimpa pohon yang tumbang.
“Kami sudah menerjunkan personel dari di lapangan, anggota di lapangan untuk melaksanakan evakuasi serta asesmen kepada rumah-rumah warga yang terdampak,” katanya.
Uka menjelaskan dari hasil pendataan rumah warga terdampak angin puting beliung, sebagian besar kerusakan di bagian atap rumah seperti asbes yang lepas karena angin kencang yang melanda kawasan tersebut.
Baca juga: Puting beliung landa tiga desa di Kabupaten Jepara, 121 rumah rusak
“Sebenarnya kalau bencana seperti kan memang yang berpotensi terdampak angin itu memang sebagian besar adalah pohon dan bangunan ya. Itu yang paling terdampak, sehingga sangat penting juga mengetahui kekuatan pohon,” kata dia.
Ia menambahkan, petugas BPBD telah melakukan koordinasi dengan aparat pemerintah daerah dan relawan setempat, guna membantu mengevakuasi puing-puing bangunan terdampak.
“Kita sudah melaksanakan pendataan maupun evakuasi dengan berkoordinasi dengan aparat desa maupun kecamatan,” kata Uka.
Uka mengatakan saat ini pihaknya berfokus untuk menyalurkan berbagai bantuan logistik terutama terpal bagi rumah-rumah warga yang atapnya hancur akibat terjangan angin puting beliung.
“Rata-rata mereka meminta terpal untuk menutupi atap rumah yang hancur dan juga kita sudah memberikan makanan siap saji kepada masyarakat terdampak dengan dibantu oleh BPBD Provinsi Jawa Barat,” katanya.
Lanjut dia, bencana angin puting beliung seperti ini dikarenakan peralihan musim hujan ke kemarau, biasanya terjadi cuaca ekstrem seperti hujan deras disertai angin kencang dan petir sehingga bisa memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.
“Ini sudah mulai musim pancaroba dari musim hujan ke kemarau begitu. Nah justru ini perlu diwaspadai ya, kalau untuk musim pancaroba ini karena biasanya disertai dengan adanya angin kencang dan petir,” katanya.
Baca juga: BPBD Semarang: 45 rumah rusak akibat dampak cuaca ekstrem
Pewarta: Rubby Jovan Primananda
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024