Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher menilai pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan, perlu mengusut masalah tingginya angka depresi di kalangan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

"Pemerintah perlu menggali akar permasalahan kasus ini, apakah terkait dengan aspek kesejahteraan, seperti hak insentif bagi para peserta PPDS yang belum layak atau kurang diperhatikan atau ada aspek lain," kata Netty dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Netty menilai penanganan masalah depresi yang dialami peserta PPDS perlu dilakukan agar tidak berdampak pada ketersediaan dokter di masa yang akan datang.

Lebih lanjut, ia menyampaikan apabila hak insentif bagi para peserta PPDS tidak terpenuhi secara baik, hal tersebut dapat menjadi salah satu beban yang berpotensi memicu mereka terserang depresi.

"Para peserta PPDS ini umumnya sudah memasuki usia matang dan memiliki tanggungan keluarga. Jika pemasukan tidak jelas, sementara mereka harus membayar biaya pendidikan, melayani pasien, dan belajar, tentunya menjadi beban tersendiri," ujar dia.

Selain soal kesejahteraan dan insentif, Netty juga meminta pemerintah agar memperhatikan kesehatan fisik dan mental para peserta PPDS, terutama terkait dengan isu perundungan.

“Praktik bullying oleh senior ke junior di lingkungan pendidikan dokter di Indonesia ditengarai masih kerap terjadi. Mungkin tidak dalam bentuk kekerasan fisik, tapi dalam bentuk beban kerja yang berat, di luar kewajaran dan bahkan beban kerja di luar tanggung jawab serta kewajibannya," kata dia.

Oleh karena itu, Netty meminta pemerintah memantau pelaksanaan PPDS secara ketat. Ia mengatakan para peserta PPDS adalah aset negara dalam bidang kesehatan yang harus dijaga kesehatan fisik dan mentalnya secara baik agar mereka dapat memberikan kontribusi optimal dalam menjalani perannya.

Sebelumnya, hasil survei skrining kesehatan jiwa PPDS per Maret 2024 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa 22,4 persen peserta PPDS di 28 rumah sakit vertikal mengalami gejala depresi. Dari jumlah peserta PPDS yang mengalami depresi, 0,6 persen di antaranya mengalami gejala depresi berat. Lalu, 1,5 persen di antaranya mengalami depresi sedang-berat, 4 persen depresi sedang, dan 16,3 persen bergejala depresi ringan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Senin (15/4) telah memerintahkan penanganan terhadap peserta PPDS yang mengalami depresi itu, terutama depresi berat.

”Yang depresi berat kalau tidak ditangani bisa fatal akibatnya, kasihan mereka,” kata Budi Gunadi Sadikin.

Baca juga: Insentif penting guna menangani gangguan mental pada PPDS

Baca juga: Khofifah sebut beban kerja sesuai porsi hindarkan PPDS dari depresi

Baca juga: Kemenkes butuh 5.500 tenaga kerja untuk empat RS baru pemerintah

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024