"Hari ini rupiah relatif lebih baik namun situasi ini tetap harus diwaspadai," katanya di Jakarta, Jumat malam (29/11).
Chatib mengatakan dalam beberapa hari terakhir sempat terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, namun pemerintah dan Bank Indonesia selalu berkoordinasi untuk menyikapi kondisi tersebut.
Menurut dia, ada dua penyebab yang menyebabkan depresiasi rupiah tersebut yaitu kekhawatiran atas "tapering off" dan peningkatan permintaan valas rutin menjelang akhir tahun.
Ia menjelaskan kekhawatiran atas penarikan stimulus moneter dari The Fed (Bank Sentral AS) merupakan faktor eksternal, yang selain rupiah, telah menyebabkan pelemahan mata uang di negara Asia lainnya.
"Kemarin tidak hanya rupiah yang mengalami pelemahan, namun termasuk juga Peso (Filipina) dan Baht (Thailand)," katanya.
Namun kata dia, permintaan valas yang meningkat merupakan faktor internal akibat tingginya kewajiban pembayaran bunga utang dari korporasi menjelang akhir tahun.
"Menjelang akhir tahun perusahaan harus melakukan kewajiban pembayaran utang dan kemungkinan pembayaran impor, sehingga per November yang harus dibayar besarnya mencapai 6,3 miliar dolar," jelasnya.
Menurut Chatib, dalam menghadapi volatilitas rupiah saat ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan menekan defisit neraca transaksi berjalan.
Untuk itu, lanjut dia, implementasi paket kebijakan ekonomi yang telah terbit pada Agustus dan paket kebijakan ekonomi baru yang segera diumumkan pada Desember, menjadi penting.
"Implementasi paket kebijakan sangat penting, kita gembira progress terkait paket kebijakan cukup baik. Minggu depan, kita terbitkan PMK berkaitan dengan impor, PPh pasal 22 dan fasilitas KITE untuk peningkatan ekspor," kata Chatib.
Mata uang rupiah terhadap dolar AS, Jumat sore, kembali berada di area positif atau menguat ke posisi Rp11.965 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp12.027 per dolar AS, meski dibayangi isu defisit neraca transaksi berjalan Indonesia. (S034/B008)
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013