Jakarta (ANTARA News) - Menteri BUMN Dahlan Iskan membantu sastrawan Putu Wijaya yang menderita stroke dengan membiayai pengobatan melalui terapi "stemcell".
Siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat, menyebutkan Dahlan yang pernah menjadi teman kerja Putu Wijaya di majalah "Tempo" menjenguk Putu di rumahnya di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan.
Dahlan datang bersama seorang dokter ahli "stemcell" dari Surabaya yang dikenal sebagai ahli "stemcell" terbaik di Indonesia.
Kepada Putu, Dahlan yang menjadi penggemar cerita pendek dan novel Putu, menceritakan bahwa seseorang yang terserang stroke berpeluang disembuhkan kembali dengan terapi "stemcell".
Dahlan sekaligus memperkenalkan dokter yang baru pulang mengajar "stemcell" di Tokyo dan Amsterdam itu. "Alhamdulillah, Mas Putu sangat antusias mengikuti diskusi dan menyatakan bersedia menjalani perawatan," kata Dahlan melalui pesan pendek.
Dahlan mengatakan, biaya pengobatan dengan "stemcell" itu menjadi tanggungan pribadinya. "Harapan saya, semoga Tuhan memberikan kesembuhan kepada seniman besar kita ini," kata Dahlan.
Putu Wijaya diketahui menderita serangan stroke awal Oktober lalu. Akibat stroke, seniman berusia 69 tahun itu tidak bisa berkarya lagi. Sejumlah kolega dan penggemarnya kemudian berinisiatif menggalang dana setelah membaca berita di media sosial bahwa Putu tidak mampu membayar biaya pengobatan.
Putu Wijaya bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Putu lahir di Puri Anom, Sarem, Kangin, Tabanan, Bali, 11 April 1944. Putra pasangan I Gusti Ngurah Raka dan Mekel Erwati itu, telah menulis sejak masih bersekolah di bangku SMP.
Saat itu, Putu banyak menulis cerita pendek. Ketika duduk di bangku SMA Singaraja, Putu mulai berkenalan dengan seni teater atau sandiwara. Putu kemudian melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada dan berhasil meraih gelar sarjana hukum jurusan hukum perdata pada tahun 1969.
Selama kuliah, Putu ternyata juga belajar melukis di ASRI dan belajar drama di ASDRAFI Jogja. Putu juga tercatat aktif dalam berbagai pementasan drama di Jogja, hingga akhirnya bergabung ke Bengkel Teater pimpinan WS Rendra.
Setelah pindah ke Jakarta pada 1970, Putu menjadi pemain drama kecil pimpinan Arifin C. Noer dan teater Populer pimpinan Teguh Karya. Pengalamannya dalam dunia seni peran mendorongnya untuk mendirikan Teater Mandiri. Kelompok teater itu, masih aktif sampai saat ini.
Dalam bidang penulisan karya sastra, Putu telah menerbitkan sejumlah karya terkenal seperti Telegram, Pabrik, Stasiun, Keok, Sobat, MS, Ratu, Tak, Cukup Sedih, Tiba-tiba Malam, Bila Malam Bertambah Malam, dan novel Lho. Putu juga menerbitkan kumpulan cerpennya dalam buku berjudul Gres. Itu buku kumpulan cerpen ketiga setelah Bom dan Es.
Menikah dengan Dewi Pramunawati pada 7 April 1985, Putu dikarunai seorang anak, I Gusti Taksu Ngurah Wijaya. Putu saat ini bermukim di Perumahan Astya Puri 2, No. 9, Jalan Kerta Mukti, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013