Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) dr Mahar Mardjono Jakarta dr Roy Amardiyanto mengatakan gangguan spektrum autisme pada anak tidak selalu dipengaruhi oleh faktor genetik.

"Sampai saat ini, penelitian-penelitian itu menyatakan bahwa 70 persen gangguan spektrum autisme itu berhubungan dengan genetik, tetapi genetiknya itu macam-macam, tak ada yang spesifik. Maka sampai sekarang kita belum bisa menyimpulkan bahwa ini murni karena genetik," katanya dalam diskusi tentang autisme pada anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Dokter: Sikap cuek merupakan salah satu tanda autisme pada anak

Selain penelitian yang mengungkapkan adanya pengaruh genetik dalam gangguan spektrum autisme pada anak, Roy mengatakan terdapat pula teori lainnya yang mengatakan gangguan tersebut diakibatkan oleh infeksi pada saat kehamilan, kelahiran prematur, dan/atau bayi lahir dengan ukuran kecil (di bawah 1,5 kilogram).

"Ternyata semua itu tidak terbukti pasti menyebabkan autisme. Artinya, semua ini hanya kecurigaan, tetapi tidak ada buktinya. Jadi sampai saat ini tidak usah terlalu khawatir tentang masalah masing-masing," ujarnya.

Roy mengimbau para orang tua agar tidak usah cemas jika memiliki anak yang mengalami gangguan spektrum autisme, karena anak dengan autisme dapat ditangani dengan tepat jika orang tua dengan sigap membawa anaknya ke dokter anak atau dokter saraf anak.

Baca juga: KND: Beri lebih banyak ruang dan kesempatan anak autis berekspresi

Ia juga menegaskan bahwa autisme bukan merupakan sebuah penyakit, namun merupakan sebuah gangguan spektrum, sehingga gangguannya bisa berupa gangguan ringan maupun berat.

Senada dengan hal tersebut, Ketua Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND) Dante Rigmalia menegaskan spektrum autisme bukanlah bagian dari sebuah penyakit, melainkan gangguan pada perkembangan neurologis, sehingga penanganannya bukan untuk disembuhkan.

Menurut dia, para penyandang gangguan spektrum autisme dapat memiliki kesempatan mengembangkan hidup dan menjadi mandiri dengan melakukan identifikasi yang komprehensif.

Baca juga: Dokter sebut belum ada penyebab pasti gangguan spektrum autisme

"Penanganan pertama untuk autis adalah harus mengetahui sejak awal kondisi keautisannya seperti apa. Dari identifikasi dan asesmen yang dilakukan oleh ahli itu, akan dijadikan bahan untuk pembelajaran bagi teman-teman autis. Kalau program pembelajaran didasarkan atas identifikasi akan tepat dan akan sesuai," tutur Dante.

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024