Jakarta (ANTARA) - Ahli gizi sekaligus founder Gizi Nusantara Esti Nurwanti memaparkan tata cara pengukuran balita yang tepat dan akurat untuk menghindari kesalahan.
"Tata cara pengukuran panjang dan berat badan pada balita harus menghindari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi, di antaranya permukaan timbangan atau stadiometer yang tidak rata, popok basah yang tidak dilepas, masih memakai baju atau celana tebal seperti jaket, jeans, dan lain sebagainya," kata Esti dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Selain itu, ia juga mengemukakan ada beberapa faktor pengukuran balita bisa tidak akurat, di antaranya kaki menggantung, bayi atau balita membawa mainan, bayi atau balita berpegang pada ibu maupun pengasuh, tumit atau tempat bagian tubuh lainnya tidak menempel, bayi atau balita bergerak-gerak, sudut baca pengukur masih salah, dan pembulatan hasil panjang dan berat badan bayi atau balita.
"Hal-hal tersebut merupakan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran dan dapat mengurangi akurasi hasil pengukuran panjang dan berat badan bayi atau balita," ujar Esti.
Esti dan tim juga mengenalkan alat pengukur antropometri yang sesuai standar, di antaranya alat ukur baby scale untuk bayi, alat ukur berat badan injak digital untuk balita, alat ukur panjang badan (infantometer atau length board), alat ukur tinggi badan (stadiometer), pita lila untuk anak usia enam sampai 59 bulan, dan alat ukur lingkar lengan atas dan lingkar kepala.
Sebelumnya, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengemukakan bahwa mengukur balita harus dilakukan dengan baik karena hasil pengukuran berat badan terhadap panjang badan balita atau anak sangat penting.
"Sebagai contoh, berat badan terhadap umur. Ketika berat badan balita atau anak mengalami underweight atau berat badan lebih rendah dari standar umur yang ada, dan berlangsung terus menerus, itu tanda jika anak tersebut pertumbuhan otaknya akan terganggu," ujar Hasto.
Ia juga menyebutkan bahwa berat badan berpengaruh terhadap panjang badan karena menentukan kesehatan balita, juga menjadi indikator stunting.
"Berat badan terhadap tinggi/panjang badan menjadi tanda bahwa anak itu sehat atau tidaknya. Dari yang kita ketahui, stunting secara keseluruhan mencerminkan kemampuan perkembangan otak. Dan stunting pasti pendek, namun pendek belum tentu stunting," ucapnya.
Menurut dia, secara umum kelompok orang yang pendek, pertumbuhan otak dan kemampuan kecerdasannya berbeda dibandingkan mereka yang pertumbuhannya lebih optimal.
Baca juga: BKKBN bekali TPK pembelajaran berbasis masalah untuk ukur balita
Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya kesamaan pengukuran balita di posyandu
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024