Manila (ANTARA News) - Majelis perwakilan tingkat rendah Filipina, Kongres, telah mematahkan upaya oposisi untuk meng-"impeach" Presiden Gloria Macapagal Arroyo dengan mengambil suara 173 lawan 32, sehingga memperkuat kedudukan Arroyo untuk tetap dalam tampuk kekuasaan pemerintahan.
Upaya yang dilancarkan oleh pihak oposisi berdasarkan tuduhan bahwa presiden Filipina itu melakukan kecurangan dalam pemilu 2004 yang memberikan kemenangannya baginya, dan upaya yang dilakukan oposisi tahun ini adalah upaya kedua kalinya dan pengulangan dari upaya serupa yang dilakukan tahun lalu.
Suara 32 yang mewakili pihak oposisi jauh dari memenuhi syarat sedikitnya meraup suara minimal, yaitu sepertiga dari 232 kursi anggota majelis perwakilan yang dapat melahirkan resolusi ke Senat yang dapat digunakan untuk meminta pertanggungjawaban presiden.
Dalam pemungutan suara yang dimulai pada pukul 2:00 satu suara abstain dan 27 anggota lainnya tidak hadir dalam pemungutan suara.
Pihak oposisi mengatakan Arroyo, 59, telah melanggar undang-undang berkaitan dengan tuduhan melakukan kecurangan pada pemilihan presiden tahun 2004 dan pelanggaran hak azazi manusia dengan melakukann pembunuhan terhadap lawan politik.
Selain itu Arroyo dituduh melakukan tindakan korupsi dengan menggunakan dana yang berasal judi liar untuk kepetingan kampanye dan melakukan kontrak pemerintah yang tidak sesuai peraturan yang berlaku.
Oposisi juga mengatakan Arroyo telah menyalah gunakan kepercayaan rakyat dengan membuat pernyataan negara dalam keadaan darurat, melarang para pejabat pemerintah untuk hadir di sidang dengar pendapat di Kongres, dan mengeluarkan kebijakan untuk menangkap para pengunjuk rasa yang melakukan aksi protes di jalan.
Majelis tingkat rendah telah mematahkan usaha kedua kalinya yang dilancarkan pihak oposisi untuk menggulingkan Arroyo dari kekuasaan dengan alasan "yang tidak dapat dibuktikan".
Randolf David salah satu anggota majelis yang menanda-tangani upaya untuk meminta pertanggungan jawab Arroyo mengatakan "Kongres telah melecehkan satu proses konstitusional."
"Kita semua menyaksikan kematian demokrasi, dan Kongres telah membuat rakyat untuk mencari pemecahan masalah melalui cara yang radikal dalam proses berpolitik," katanya kepada kantor berita Kyodo.
Pengambilan suara dilakukan ditengah-tengah rangkaian tuduhan melakukann kecurangan dalam pemilu, rumor adanya upaya kudeta dikalangan Angkatan Bersenjata dan sejumlah kasus pembunuhan terhadap lawan politik.
Arroyo yang masa pemerintahannya akan berakhir pada Juni 2010 berhasil lolos dari "impeachment" September tahun lalu dan usaha pemberontakan yang dilakukan oleh 300 personil militer dan pada Juli 2003.
Pada Februari lalu Arroyo menyatakan negara dalam keadaan darurat setelah usaha kudeta gagal yang dilakukan oleh sejumlah perwira muda.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006