PLN Nusantara Power akan meningkatkan volume karbon yang siap diperdagangkan hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu serta mendorong pembangunan pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT)

Jakarta (ANTARA) - PT PLN Nusantara Power (NP), Subholding PT PLN (Persero), akan berperan aktif dalam perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) sebagai komitmen perusahaan melakukan transisi energi menuju target net zero emission (NZE) tahun 2060.

"PLN Nusantara Power akan meningkatkan volume karbon yang siap diperdagangkan hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu serta mendorong pembangunan pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT)," kata Direktur Management Human Capital dan Administrasi PLN NP, Karyawan Aji di Jakarta, Selasa.

Karyawan Aji mengatakan pada tahun ini pihaknya menargetkan perdagangan emisi karbon setara 2 juta ton CO2, naik dua kalinya dibandingkan realisasi tahun 2023 sebesar 1 juta ton karbon.

Dia mengatakan juga bahwa ada sedikitnya 13 pembangkit listrik yang akan terlibat dalam perdagangan karbon tahun ini.

"Tahun lalu kan hampir 1 juta ton, tahun ini mungkin 2 juta ton CO2. Ada 13 PLTU (yang dilibatkan)," jelasnya.

Guna mencapai target NZE, PLN NP juga akan meningkatkan kapasitas pembangkit berbasis energi baru terbarukan hingga 6,3 Gigawatt (GW) pada tahun 2030.

"Ada PLTS seperti yang kita bangun di IKN itu," ungkapnya.

Seperti diketahui, PLN NP mengerjakan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Ibu Kota Nusantara (IKN) berkapasitas 50 MW yang menjadi pionir pembangkit EBT dimana akan memasok listrik bersih untuk kawasan ibu kota baru yang terletak di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur tersebut.

PLN NP juga membangun PLTS Terapung Cirata 192 MWp, terbesar di Asia Tenggara, yang menjadi bukti upaya percepatan transisi energi di dalam negeri.

Aji menegaskan, pembangunan pembangkit terbarukan dan perdagangan karbon oleh perusahaan merupakan upaya nyata dalam mendorong transisi energi guna mencapai target NZE di dalam negeri. Perusahaan yang membangun pembangkit berbasis EBT, tegas dia, bisa membuat sertifikat karbon dan kemudian bisa membuat sertifikasi pengurangan emisi.

"Artinya dari emisi itu dapat diperjualbelikan dan mendorong adanya tambahan lain, sehingga secara keekonomian perusahaan yang membangun renewable (power plant) akan berkurang bebannya. Sebaliknya perusahaan-perusahaan yang mengoperasikan CO2 bebannya akan bertambah," paparnya.

Tahun lalu, PLN NP menjadi salah satu pihak yang sangat agresif dalam pembukaan perdagangan karbon di IDX Carbon yang diresmikan September 2023.

Saat baru diluncurkan PLN NP menjadi trader terbesar di Bursa Karbon Indonesia dengan membuka perdagangan karbon setara hampir 1 juta ton CO2. Tercatat, IDX Carbon telah terhubung dengan Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN-PPI) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Baca juga: KSP: Penerapan perdagangan karbon harus optimal sebelum Oktober 2024
Baca juga: OJK catat nilai perdagangan di bursa karbon capai Rp35,30 miliar
Baca juga: Menteri ESDM sebut perdagangan karbon upaya pemerintah kurangi emisi

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024