Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengungkapkan bahwa konstruksi argumen yang berasal dari pemikiran manusia merupakan sebuah pembeda terhadap produk pemikiran yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
"Pada akhirnya nanti, saya kira konstruksi argumen itu yang menjadi orisinalitas yang menjadi bagian dari kerja intelektual manusia melawan mesin," kata Nezar dalam webinar 'Transformasi Digital Menuju Indonesia Emas' yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Nezar menjelaskan, dunia saat ini tengah berlomba-lomba dalam pengembangan AI, di mana platform digital yang ada tengah bergerak mengembangkan AI sampai level selanjutnya yang biasa disebut artificial general intelligence (AGI).
Ia menyebut, kehadiran AGI terus dibahas oleh orang-orang penting di dunia digital dan teknologi seperti Pendiri Meta, Mark Zuckerberg. Menurut Mark, Meta akan menguasai AGI dalam waktu 3 tahun ke depan.
Baca juga: Menkominfo: Tata kelola dikembangkan guna maksimalkan potensi AI
Baca juga: Menkominfo: Perusahaan telekomunikasi perlu terapkan AI dengan etika
Sementara itu, Google dan platform-platform sejenis juga menyatakan hal serupa.
Wamenkominfo menyampaikan, AGI merupakan pengembangan AI tingkat selanjutnya yang proses kerjanya hampir tidak membutuhkan peran manusia.
Menurut dia, AGI adalah AI yang bisa bergerak, berkomunikasi, dan level ketergantungannya dengan manusia bisa sangat minim. Dengan kata lain, AGI dikembangkan untuk bisa meniru otak manusia bekerja.
Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat, khususnya para pelajar dan mahasiswa untuk tidak ketergantungan dengan bantuan AI.
"Jangan sering-sering pakai karena sudah ada program yang mendeteksi sebuah tugas dan essay menggunakan bantuan AI atau tidak. Boleh pakai tapi harus jujur, mana yang diolah AI dan mana yang konstruksi argumen kita sendiri," ujarnya.
Lebih lanjut Nezar menyampaikan bahwa pemerintah bersama para pemangku kepentingan terus mengupayakan transformasi digital yang inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Adapun pemerataan teknologi digital di seluruh wilayah Indonesia dinilai akan berdampak positif pada kemajuan negara.
Berdasarkan survei, sektor telekomunikasi, teknologi, dan jasa keuangan menjadi sektor yang mengadopsi transformasi digital paling tinggi. Diikuti oleh sektor industri barang konsumen, kesehatan, asuransi, energi, dan sektor publik lainnya.
"Inklusivitas ini penting sekali supaya ada kesetaraan. Alhamdulillah di Indonesia hampir 90 persen wilayah ini tercover dengan jaringan 2G dan 4G. Sementara penetrasi internet menurut APJII mencapai 80 persen dari populasi masyarakat," katanya.
Baca juga: Kolaborasi jadi cara tepat edukasi generasi muda tentang AI
Baca juga: Kemenkominfo adaptasi laju penggunaan AI mengacu regulasi negara maju
Baca juga: Kemenkominfo dorong dibuatnya regulasi komprehensif tentang AI
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024