Surabaya (ANTARA News) - PT Lapindo Brantas Inc. menegaskan bahwa hasil uji laboratoris untuk kualitas air tambak udang di Sidoarjo per tanggal 18 Juli 2006 membuktikan air luapan lumpur ladang eksplorasinya telah sesuai baku mutu, sehingga udang hasil tambak Sidoarjo semestinya aman dikonsumsi manusia.
Hasil uji sampel air di Laboratorium Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga menunjukkan bahwa kandungan logam berat, DO, dan phenol (fenol) dalam air tambak sesuai baku mutu yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 82 Tahun 2001, kata Kepala Divisi Humas Lapindo Brantas Inc, Yuniwati Teryana, di Surabaya, Kamis.
Sample air itu, menurut dia, diambil dari tambak milik H. Sutoyo dan H. Tohari yang terletak tidak jauh dari Kali Aloo di Desa Penatar Sewu, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.
"Kami terus berupaya melakukan pemantauan setiap pekannya terhadap kualitas air di sekitar luapan lumpur, termasuk tambak udang sekitar Kali Aloo," ungkap Yuniwati.
PT Lapindo Brantas Inc bersama Laboratorium PU Bina Marga telah meneliti dan memantau baku mutu air tambak secara berkala setiap minggu.
"Laporan hasil penelitian per tanggal 18 Juli 2006 menunjukkan, tidak diketemukannya phenol dalam air tambak milik H. Tohari dan H. Sutoyo," tegasnya.
Ia mengemukakan, pemilihan sampel pengujian dari tambak milik H. Tohari dan H. Sutoyo, karena tempatnya paling dekat dengan aliran Kali Aloo, sehingga paling memungkinkan terkontaminasi terlebih dulu, jika terjadi pencemaran di Kali Aloo.
"Jika kedua tambak tersebut tercemar, maka kemungkinan tambak lain juga tercemar. Namun, jika air kedua tambak tersebut aman maka bisa dipastikan tambak-tambak yang lain juga aman. Kandungan logam berat di air tambak juga telah memenuhi baku mutu. Jadi, udang hasil tambak di Sidaorjo logikanya aman dikonsumsi," ucapnya.
Saat ini, Lapindo sedang membangun jaringan pipa sepanjang 20 kilometer dari
pond (kolam penampungan) menyusuri kali Porong hingga pesisir Sidoarjo (laut), untuk membuang air lumpur yang terlebih dulu diproses melalui
water treatment (penjernihan air). (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006