Jakarta (ANTARA) - Sebuah studi yang secara konsisten telah mengamati manfaat diet mediterania, menyatakan bahwa orang yang mengikuti jenis diet tersebut memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit hipertensi.

Dilansir dari Medical Daily, Selasa, studi terbaru ini disampaikan oleh tim peneliti dari School of Health Sciences and Education di Harokopio University of Athens, Yunani, dan dipublikasikan di European Journal of Clinical Nutrition.

Di dalamnya, para ahli membahas bahwa hipertensi adalah suatu kondisi yang menyebabkan darah mendorong dinding arteri dengan kekuatan tinggi sehingga membuat jantung bekerja keras. Memiliki tekanan darah 130/80 milimeter air raksa (mm/Hg) atau lebih tinggi dianggap tinggi.

Hipertensi bahkan telah mempengaruhi sekitar 30 persen orang dewasa dan meningkatkan risiko kondisi seperti serangan jantung dan stroke.

Diketahui pola makan penderitanya dapat memainkan peran penting dalam mengendalikan tekanan darah dalam tubuh. Penyebab lain yang ditemukan menjadi faktor terkena hipertensi yaitu adanya konsumsi garam berlebih, menjadi obesitas, riwayat keluarga hingga kurang aktivitas fisik dan mengonsumsi tembakau.

Baca juga: Hipertensi dapat tingkatkan risiko Mioma Uteri

Baca juga: Pakar: Rutin minum obat hipertensi tak bikin gagal ginjal

Dari temuan tersebut para peneliti kemudian berusaha mengembangkan lagi ilmu pengetahuan melalui dijalankannya studi soal korelasi antara diet mediterania dan penyakit hipertensi.

Dijelaskan bahwa diet mediterania mengacu pada pola makan tradisional negara-negara yang berbatasan dengan Laut Mediterania yang berfokus pada konsumsi lebih banyak sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, biji-bijian, polong-polongan, minyak sehat, serta ikan dan makanan laut dalam jumlah sedang.

Untuk mengetahui lebih banyak tentang manfaat mengikuti diet mediterania, para peneliti studi terbaru mengevaluasi 3.042 peserta yang tidak menderita hipertensi pada awal penelitian pada tahun 2002.

Para peserta juga tidak memiliki penyakit kardiovaskular dan diwawancarai untuk memahami pola makan mereka. dan kebiasaan gaya hidup. Glukosa, kadar kolesterol, berat badan, dan tekanan darah mereka juga dievaluasi.

Kemudian, untuk menilai seberapa baik peserta mengikuti berbagai aspek diet Mediterania selama masa tindak lanjut, mereka diberi MedDietScore.

Skor yang lebih tinggi mencerminkan kepatuhan yang lebih besar terhadap diet. Selain itu, poin dikurangi untuk mengonsumsi makanan atau kelompok makanan yang dianggap "non-mediterania", seperti produk susu berlemak penuh, unggas, dan daging merah.

Para peneliti juga menindaklanjuti peserta untuk aspek lain seperti perkembangan hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.

Di akhir penelitian, peserta dalam kelompok dengan MedDietScore terendah, yang menunjukkan kepatuhan yang lebih buruk terhadap diet Mediterania, memiliki tingkat hipertensi sebesar 35,5 persen dan kelompok menengah mempunyai angka hipertensi sebesar 22,5 persen.

Sebaliknya, kelompok dengan MedDietScore tertinggi, yang mencerminkan kepatuhan yang lebih baik terhadap diet Mediterania, memiliki tingkat kejadian hipertensi sebesar 8,7 persen.

Baca juga: Penderita hipertensi dan diabetes perlu deteksi dini penyakit ginjal

Baca juga: Dokter sarankan rutin ukur hipertensi minimalisasi penyakit jantung

Baca juga: Periksa fungsi ginjal dan urin efektif cegah penyakit ginjal kronis

Penerjemah: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024