Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 119 poin menjadi Rp11.884 dibanding posisi sebelumnya (26/11) Rp11.765 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa mata uang rupiah kembali tertekan menembus level Rp11.800 per dolar AS seiring dengan pelaku pasar yang masih cemas terhadap defisit neraca berjalan.
"Sentimen untuk rupiah belum membaik, masih cukup besar kekhawatiran pada neraca berjalan. Impor mungkin melambat dan diharapkan ekspor dapat naik sehingga dapat mengembalikan kepercayaan pasar," kata dia.
Ia menambahkan bahwa dolar AS terus mengalami reli terhadap rupiah karena diperkirakan Federal Reserve AS akan mengurangi stimulus.
Secara terpisah, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, nilai tukar rupiah sedang menuju ekuilibrium baru atau ke posisi normal sebelum bank sentral AS (The Fed) mengeluarkan kebijakan stimulus keuangannya yang pada 2009 lalu yang sering disebut "quantitative easing" (QE).
Ia mengemukakan bahwa pada 2009, perekonomian Indonesia berjalan tanpa program stimulus dari AS lalu kemudian dalam hampir empat tahun terakhir ini negara berkembang menikmati stimulus The Fed itu sehingga terjadi aliran modal asing dan menguatkan nilai tukar rupiah.
"Dunia yang normal itu tidak ada quantitative easing, suka atau tidak suka kebijakan AS itu akan ditrik," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.813 dibanding sebelumnya (26/11) di posisi Rp11.765 per dolar AS. (*)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013