Denpasar (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menanggapi soal turis asal Queensland, Australia yang berbagi kisahnya di media sosial saat terkena demam berdarah dengue (DBD) di Bali.
“Saya malah bilang kalau orang Australia kena DBD di Indonesia mungkin dia harusnya bersyukur, karena rumah sakit di Indonesia lebih ahli menangani demam berdarah,” kata dia setelah membuka Arbovirus Summit di Denpasar, Senin.
Kepada media, ia menyampaikan bahwa kasus demam berdarah ada di Indonesia sepanjang tahun, dengan seratusan ribu kasus dan sekitar 400 korban meninggal dunia artinya negara memiliki pengalaman dalam mengatasi pasien DBD.
“Saya cerita tadi dalam forum, ada direktur utamanya perusahaan besar di Indonesia kena demam berdarah dikirim ke Singapura malah meninggal, karena di sana kan tidak ada DBD,” ujarnya.
Menurut dia, kejadian itu disebabkan oleh pengalaman dokter yang menangani, sebab membutuhkan banyak perhitungan untuk menangani kasus demam berdarah.
“Ada aturan kapan trombositnya turun, harus apa itu tergantung pengalaman, Indonesia karena banyak kasus jadi pengalamannya tinggi, saya rasa Australia tidak sebanyak kita, Brazil paling banyak karena kasusnya tinggi,” ujarnya.
Baca juga: Wisman kena DBD, Dinkes Bali sarankan wisatawan vaksin demam berdarah
Terkait dengan vaksinasi demam berdarah, kata dia, saat ini belum ada pertimbangan untuk mewajibkan program vaksin tersebut, apalagi jika dibandingkan dengan penyakit lain kasus demam berdarah tergolong rendah.
“Sebenarnya DBD itu tingkat fatalnya rendah, jadi kalau dibanding misalnya TBC yang meninggal di Indonesia diangka 100 ribu, sedangkan demam berdarah yang meninggal 400-an, jadi kalau kita prioritas vaksin itu kita kasi ke TBC dulu dibanding DBD, DBD itu rendah karena Indonesia sudah sering kena ini penyakit bisa diobati dan tinggi tingkat keberhasilannya,” kata Budi Gunadi.
Sekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra turut merespons dengan meminta tidak membedakan siapa pun pasien demam berdarah, sebab semuanya mendapat penanganan yang sama.
“Yang terpenting setelah terinfeksi cepat responnya supaya kesehatannya segera pulih, tidak lagi ada penularan infeksi, jangan terlalu didramatisir karena bisa berdampak ke pariwisata,” ujarnya.
Baca juga: Dinkes Bali: Kasus meninggal akibat DBD menurun, meski tetap tinggi
Baca juga: Enam meninggal, Pemkab Cianjur gelar Jumat Cantik tekan kasus DBD
Baca juga: Dinkes Mukomuko tangani 227 kasus DBD
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024