Makassar (ANTARA News) - Asosiasi Kakao Indonesia mengharapkan pemerintah bisa memberikan dukungan teknologi agar petani mudah menanam pohon dan mengolah buah, sehingga bisa meningkatkan produktivitas.
"Perlu ada budi daya dan juga penyuluh dari pusat kepada petani serta transfer (alih) teknologi," kata Ketua Umum DPP Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang kepada pers di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.
Hal tersebut disampaikan disela Seminar Nasional Kakao yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Menurut dia, dari luas perkebunan kakao di Indonesia sebesar 1,6 juta hektare sebanyak 96 persen dilakukan oleh petani yang pengolahannya masih tradisional.
Para petani, katanya, saat ini sangat membutuhkan bantuan teknologi pembibitan pohon untuk menggantikan yang sudah tua.
"Petani sangat membutuhkan bibit pohon kakao yang mudah menanamnya, tahan terhadap penyakit," ucapnya.
Dia mengatakan, salah satu penyebab produktivitas kakao nasional rendah adalah petani enggan memangkas pucuk kakao, padahal dengan memangkas maka segala permasalahan bisa dikurangi.
"Dengan memangkas pucuk pohon maka produksi kakao bisa mencapai 800 kilogram hingga 1,2 ton per hektare," ungkapnya.
Tanaman kakao merupakan tanaman sensitif terhadap cuaca dan penyakit, sehingga membutuhkan perawatan yang tak mudah. Perawatan antara lain dengan pemangkasan pucuk pohon setiap empat bulan sekali.
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Numang mengatakan salah satu kendala yang dihadapi petani kakao di wilayahnya adalah infrastruktur yang kurang memadai, terutama dari perkebunan ke pengumpul.
Menurutnya, usia pohon kakao di Sulawesi Selatan kebanyakan memang sudah tua, sehingga mengurangi produktivitas.
"Usia pohon rata-rata mencapai 20-30 tahun, sehingga perlu peremajaan," ujarnya.
Pemerintah daerah sangat mendukung jika ada teknologi baru yang memudahkan petani untuk memproduksi biji kakao.
Dikatakan, Indonesia produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan menyumbang 13 persen dari pasar global.
Secara nasional, kakao memberikan devisa terbesar ketiga dari sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet, senilai 1,05 miliar dolar AS tahun 2012.
Daerah utama penghasil kakao Indonesia adalah Sulawesi yang mencapai 838.037 hekatre atau 58 persen dari total luas lahan di Indonesia.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013