Sektor limbah dan sampah merupakan salah satu sumber penghasil gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global dan berakibat pada perubahan iklim

Kota Mojokerto (ANTARA) - Pj Wali Kota Mojokerto Jawa Timur Ali Kuncoro mengajak warga di kota setempat untuk mengurangi sampah dan terus meningkatkan kesadaran serta apresiasi terhadap bumi sebagai tempat tinggal dalam rangka memperingati Hari Bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April.

"Sektor limbah dan sampah merupakan salah satu sumber penghasil gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global dan berakibat pada perubahan iklim," katanya di Kota Mojokerto, Minggu.

Ia menjelaskan, sesuai data World Health Organization (WHO), dunia menghasilkan sampah sekitar dua miliar ton per tahun, yang sebagian besar dari jumlah tersebut tidak didaur ulang, yang kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan.

"Tidak hanya itu, timbunan sampah padat yang tidak didaur ulang juga menyebabkan emisi karbon yang besar," katanya.

Bahkan, katanya, pada tahun 2050 jumlah sampah secara global diperkirakan akan meningkat mencapai 3,4 miliar ton.

"Sampah sebanyak itu akan menghasilkan gas rumah kaca berbahaya yang berkontribusi pada perubahan iklim," katanya.

Atas urgensi tersebut, dirinya mengajak seluruh masyarakat untuk mengurangi sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) melalui berbagai upaya sederhana, seperti memisahkan sampah sesuai jenisnya, mengelola sampah organik dan anorganik, serta melakukan reduce, reuse, dan recycle.

"Kita punya bank sampah, serta program budidaya maggot. Mari kita optimalkan itu sebagai upaya mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA,” kata Mas Pj, sapaan akrab Ali Kuncoro.

Guna optimalisasi Bank Sampah, Pemkot Mojokerto juga mensinergikan dengan program Bapak Samerto (Bayar Pajak Pakai Sampah di Kota Mojokerto) yang kini telah ditransformasikan berbasis digital dengan inovasi Bajak Sambal Terasi (Bayar Pajak pakai Sampah Langsung Terintegrasi).

Selain bank sampah, upaya pengurangan timbunan sampah juga dilakukan dengan menerapkan budidaya maggot. Inovasi ini cukup efektif untuk menekan produksi sampah jenis organik di skala rumah tangga. Di mana sampah basah dapat digunakan untuk pakan maggot seperti nasi sisa kemarin, sayur sisa kemarin, kulit buah-buahan, dan lain sebagainya.

Maggot ini juga bisa menghasilkan uang karena bernilai ekonomi. Maggot bisa digunakan untuk pakan ikan dan unggas menggantikan pelet yang merupakan produksi pabrikan.

Dengan adanya maggot yang dibudidaya sebagai pakan ikan seperti lele, biaya produksinya juga dapat menurun, sehingga keuntungan menjual lele yang telah dibudidaya akan lebih besar, karena biaya membeli pakan menurun namun harga jual tetap.

"Skema untuk mengurangi sampah sudah kita buat sedemikian rupa, jika kesadaran masyarakat akan kebersihan dan pengelolaan sampah sudah baik, tentu nantinya volume sampah akan bisa berkurang dengan sendirinya," katanya.

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024