"Kita akan uji coba untuh lahan di Sulawesi Selatan yang selama ini sebagai sentra produksi kakao nasional," kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Listyani Wijayanti kepada pers usai berbicara dalam Seminar Nasional Kakao, di Makassar, Selasa.
"Mikrografting" adalah penyambungan batang bawah dan atas dari dua pohon berbeda pada usia yang sangat dini dibawah empat bulan dan dilakukan secara in vitro secara aseptik (steril).
Dikatakan, pihaknya terus melakukan upaya terkait peningkatan kualitas dan Teknologi Penyediaan bibit unggul, perbaikan teknik produksi, serta pengolahan pasca panen kakao, akan diupayakan untuk meningkatkan produktivitas.
Menurutnya, teknologi tersebut bisa menjadi solusi bagi petani kakao yang selama ini mengeluhkan produktivitas rendah, serangan hama, hingga berpenyakit.
"Kita sudah memadukan antara dua pohon kakao yang baik dan diharapkan bisa memberi solusin" katanya.
Untuk mengembangkan teknologi tersebut, katanya, BPPT membentuk konsorsium dengan instansi lain dengan harapan agar bisa digunakan oleh petani.
"BPPT khan selama ini hanya bertugas melakukan penelitian dan pengembangan. Kalau untuk digunakan oleh petani bukan wewenang kita," kata Listyani.
Sekretaris utama BPPT ;umain Appe mengatakan pengembangan industri dan agribisnis kakao memerlukan upaya dan komitmen yang serius.
BPPT, ungkap Jumain, dalam hal ini berupaya mengembangkan teknologi untuk menghasilkan kakao yang berkualitas.
"Satunya dengan meningkatkan penerapan teknologi budidaya dan teknologi pengolahan yang baik dan benar dan bisa dilaksanakan oleh semua petani kakao," katanya Jumain.
Sulawesi memiliki sumberdaya lahan kakao sebesar 838.087 hektare atau 58 persen dari total luas lahan di indonesia sehingga Sulawesi menjadi pilihan dalam koridor ekonomi MP3EI sebagai daerah pengembngan kakao di indonesia.
Tanaman kakao sendiri merupakan salah satu komoditi unggulan Sulsel, sayangnya saat ini produktivitas kakao tengah mengalami penurunan, yakni 0,4-0,6 juta ton per ha, dibandingkan potensi produktivitasnya yang harusnya mencapai 1-1,5 juta ton per ha.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013