"Dari sisi nilai tukar kan sudah melemah, kami rasa di level Rp11.500 itu sudah level yang cocok untuk situasi saat ini," ujar Mirza saat ditemui dalam sebuah seminar di Jakarta, Selasa.
Menurut Mirza, level nilai tukar Rp11.500 per dolar AS sudah cukup baik untuk mengatasi neraca transaksi berjalan yang sudah delapan kuartal berturut-turut mengalami defisit.
"Jadi di level sekarang para eksportir itu sudah bisa menjual hasil ekspornya," ujar Mirza.
Ia menuturkan, sebelumnya BI sempat menahan pelemahan rupiah di level Rp9.500-Rp10.000 per dolar AS, namun kemudian berdampak terhadap terkurasnya cadangan devisa.
Dengan level nilai tukar saat itu, lanjutnya, para eksportir juga masih enggan menjual hasil ekspornya.
Sementara itu, dari sisi pembayaran utang, Mirza menuturkan jumlahnya cukup besar namun sebagian utang yang jatuh tempo sudah diperpanjang (roll over) dan untuk yang tidak diperpanjang sudah ada sumber pembiayaannya.
"Sehingga mereka (swasta) tidak perlu beli dolar di pasar," kata Mirza.
Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di laman BI, nilai tukar rupiah per dolar AS pada Selasa ini sebesar Rp11.765.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013