New York (ANTARA News) - Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Senin (Selasa pagi WIB) dan yen melemah, karena meluasnya selera pasar setelah Iran mencapai kesepakatan nuklir sementara dengan enam kekuatan dunia.
Kesepakatan dicapai selama akhir pekan lalu di Jenewa menetapkan pembatasan pada program nuklir Iran, mengurangi kekhawatiran politik dan mengakibatkan pasar saham global reli pada Senin.
Sementara yen yang dianggap sebagai aset "safe haven", mundur terhadap mata uang utama lainnya menyusul kesepakatan tersebut.
Dolar mengawali tren kenaikan terhadap yen pada pekan lalu ketika kebijakan moneter bank sentral Jepang (BoJ) diperkirakan akan tetap longgar, setelah Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan dia tidak berpikir yen berada pada tingkat abnormal rendah dan tidak melihat gelembung pada harga aset-aset di Jepang.
Selain itu, risalah dari pertemuan kebijakan Fed pada Oktober yang dirilis pekan lalu mengisyaratkan bahwa bank sentral kemungkinan mengurangi pembelian aset bulanannya 85 miliar dolar AS dalam beberapa bulan mendatang.
Dolar melemah terhadap euro pada Senin, terus dipengaruhi oleh data iklim bisnis Jerman yang lebih baik dari perkiraan yang dirilis pada Jumat lalu (22/11) dan pernyataan Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi pekan lalu yang meredam spekulasi suku negatif deposito di kawasan euro.
Di sisi ekonomi, penjualan "pending home" (rumah yang pengurusannya belum selesai) di AS untuk Oktober secara tak terduga merosot 0,6 persen dari bulan sebelumnya, menurut asosiasi nasional agen real estat National Association of Realtors.
Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,3576 dolar dari 1,3551 dolar pada sesi sebelumnya dan pound Inggris turun menjadi 1,6148 dolar dari 1,6207 dolar. Dolar Australia turun menjadi 0,9157 dolar dari 0,9165 dolar.
Dolar dibeli 101,65 yen Jepang, lebih tinggi dari 101,31 yen pada sesi sebelumnya. Dolar naik menjadi 0,9119 franc Swiss dari 0,9072 franc Swiss dan naik menjadi 1,0555 dolar Kanada dari 1,0531 dolar Kanada, kantor berita China Xinhua melaporkan..
(A026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013