Fondasi ideologi bangsa harus ditanamkan secara mendalam, bukan hanya sebagai pengetahuan kognitif, melainkan juga sebagai 'belief system' ...

Jakarta (ANTARA) - Indonesia memiliki impian untuk menjadi negara maju dan gemilang pada tahun 2045, yang ditandai dengan pencapaian berbagai aspek termasuk pembangunan karakter yang kuat dan berkualitas. Pembentukan karakter merupakan landasan yang penting dalam membangun sebuah bangsa yang unggul, beretika, dan berdaya saing di tingkat global.

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 adalah dengan menggunakan model PESTEL (Political, Economic, Social, Technological, Environmental, dan Legal) sebagai acuan untuk mengembangkan karakter bangsa yang tangguh dan berkualitas.

Model PESTEL adalah alat analisis yang membantu organisasi memahami faktor-faktor eksternal yang memengaruhi operasi mereka. Model ini kali pertama dikembangkan oleh ProFrancis J. Aguilar pada tahun 1964 yang merupakan profesor di Harvard Business School.

Singkatan PESTEL sendiri mencakup enam aspek utama yaitu politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, dan hukum (legal).

Aspek politik melibatkan intervensi Pemerintah dalam ekonomi dan bisnis serta stabilitas politik dan hubungan dengan negara lain. Contoh, pengaruh politik termasuk hambatan perdagangan, tarif, dan subsidi atas impor.

Aspek ekonomi mencakup faktor-faktor ekonomi yang memengaruhi perusahaan, seperti inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi.

Sementara aspek sosial memperhatikan perubahan dalam budaya, norma, nilai, dan perilaku masyarakat. Misalnya, tren demografi dan preferensi konsumen.

Pada aspek teknologi, fokus pada perkembangan teknologi dan bagaimana hal ini memengaruhi bisnis. Contohnya adalah adopsi teknologi baru dan inovasi.

Adapun lingkungan melibatkan faktor-faktor alam seperti perubahan iklim, keberlanjutan, dan dampak lingkungan, sedangkan aspek hukum (legal) menyelidiki peraturan dan hukum yang memengaruhi operasi bisnis, termasuk regulasi industri dan hak kekayaan intelektual.

Analisis melalui Model PESTEL membantu organisasi memahami dan mengevaluasi faktor-faktor ini untuk mengambil keputusan strategis dan mengantisipasi perubahan di lingkungan eksternal.


Pembangunan karakter

Pembangunan karakter merupakan aspek krusial dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045, visi yang menargetkan negara yang tangguh, mandiri, dan inklusif pada peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia.

Beberapa poin penting terkait pembangunan karakter menuju generasi emas di antaranya adalah nilai-nilai Pancasila. Fondasi ideologi bangsa harus ditanamkan secara mendalam, bukan hanya sebagai pengetahuan kognitif, melainkan juga sebagai belief system yang mengakar di hati. Pancasila sebagai dasar negara harus menjadi bagian dari karakter generasi muda.

Kemudian bonus demografi. Indonesia memiliki peluang besar dengan bonus demografi yang akan datang pada tahun 2045. Perencanaan yang baik diperlukan agar bonus demografi tidak menjadi beban. Keseimbangan tiga kecerdasan manusia (intelektual, emosional, dan spiritual) harus diperhatikan untuk melahirkan generasi emas.

Poin penting lain adalah wawasan kebangsaan. Fondasi wawasan kebangsaan atau nasionalisme perlu ditanamkan sejak dini melalui pendidikan. Ini termasuk nilai-nilai religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.

Terakhir adalah komitmen terhadap karakter mulia. Generasi muda harus dibekali dengan karakter mulia, termasuk jujur, dipercaya, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, dan peduli.


Model PESTEL menuju Indonesia Emas 2045

Analisis melalui Model PESTEL mengenai faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pencapaian Indonesia Emas Tahun 2024 dapat disampaikan sebagai berikut.

Pertama, faktor politik. Dalam konteks pembangunan karakter nasional, faktor politik memiliki peran penting dalam membentuk tatanan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat. Pemerintah perlu aktif campur tangan dalam mempromosikan nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, kepemimpinan, dan semangat patriotisme. Keterlibatan Pemerintah dapat dilakukan melalui penyusunan kebijakan publik yang mendukung pengembangan karakter masyarakat Indonesia.

Kedua, faktor ekonomi. Aspek ekonomi juga menjadi faktor krusial dalam pembangunan karakter bangsa. Pemerataan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat berperan penting dalam membentuk sikap kerja keras, disiplin, tanggung jawab, dan ketahanan ekonomi. Program pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dapat memberikan dorongan positif bagi pengembangan karakter masyarakat.

Ketiga, faktor sosial. Dalam menghadapi tantangan pembangunan karakter, faktor sosial berperan dalam membentuk nilai-nilai solidaritas, toleransi, keberagaman, dan empati. Masyarakat yang inklusif dan ramah lingkungan dapat membentuk karakter yang responsif terhadap perubahan sosial dan kemajuan bersama.

Keempat, faktor teknologi. Perkembangan teknologi juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan karakter individu dan masyarakat. Edukasi teknologi yang terintegrasi dengan nilai-nilai moral, etika, dan kepemimpinan dapat menjadi modal untuk menciptakan generasi yang terampil, kreatif, dan berpikiran terbuka.

Kelima, faktor lingkungan. Pelestarian lingkungan hidup juga berperan penting dalam pembentukan karakter masyarakat. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan akan membentuk karakter yang bertanggung jawab, peduli, dan berwawasan global.

Keenam, faktor hukum. Aspek hukum dan regulasi turut berperan dalam memberikan landasan yang kuat bagi pembangunan karakter berbasis integritas, keadilan, dan supremasi hukum. Implementasi hukum yang transparan dan berkeadilan dapat mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung pengembangan karakter yang berkualitas.

Model PESTEL sebagai kerangka analisis dapat membantu Pemerintah, dunia pendidikan, dan seluruh pemangku kepentingan untuk merancang strategi pembangunan karakter yang holistik dan terintegrasi dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Dengan pendekatan yang komprehensif terhadap faktor-faktor tersebut, masyarakat Indonesia diharapkan dapat menjadi bangsa yang unggul, berkarakter, dan berdaya saing global pada tahun-tahun mendatang.

Sebagai negara yang berkomitmen untuk mencapai Indonesia Emas 2045, diperlukan upaya bersama dari seluruh pihak untuk memperkuat pembangunan karakter sebagai fondasi utama keberhasilan dalam mencapai visi tersebut.

Pengembangan karakter yang kuat dan berkualitas akan membawa dampak positif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari sektor ekonomi, sosial, budaya, hingga keberlanjutan lingkungan.

Penerapan model PESTEL dalam pembangunan karakter merupakan langkah strategis yang akan membantu pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengatasi berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter masyarakat.

Terintegrasi dengan kebijakan pembangunan nasional, model PESTEL dapat menjadi panduan yang komprehensif dalam merancang program-program pendidikan, pelatihan, dan advokasi karakter yang sesuai dengan realitas sosial, budaya, dan ekonomi Indonesia.

Dengan memperhatikan dan mengelola setiap aspek PESTEL dengan baik, diharapkan Indonesia dapat melahirkan generasi yang mempunyai karakter yang tangguh, berintegritas, kreatif, dan berdaya saing global.

Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara luas sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pembangunan karakter sebagai fondasi utama dalam membangun Indonesia Emas 2045.


*) Lucky Akbar adalah ASN di Kementerian Keuangan


Editor: Achmad Zaenal M

Copyright © ANTARA 2024