Surabaya (ANTARA News) - Hasil uji di Laboratorium Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) menunjukkan, air semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas Inc. di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), yang keluar dari sistem pengolahan water treatment atau penyaringan aman bagi perkembangbiakan biota di laut.Hasil penelitian itu diungkapkan anggota Tim II Penanganan Lumpur Panas Lapindo dari ITS Surabaya, Ir Tontowi Ismail MSc, saat rapat koordinasi dengan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Jatim di Kantor Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedal) Jatim di Surabaya, Rabu.Dikemukakannya, jika salinitasy atau keasinan air laut di Selat Madura 13,7 ppt, maka salinitasy air dari lumpur panas Lapindo hanya 5,6 ppt.Tingkat kekeruhan (BBT) air hasil water treatment masih dibawah 10 FTU dengan kadar keasaman (ph) sekira delapan (8) dan Chemical Oxygen Demand (CoD) antara 140 hingga 160 milli/liter. "Ini menunjukkan tingkat komposisinya masih rendah di bawah air laut, dan nelayan tidak perlu khawatir," ujarnya.Munurut Ismail, jika selama ini muncul kecemasan atau penolakan dari masyarakat maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), bila air hasil water treatment dibuang ke laut. Padahal, menurut dia, dari komposisi 100 persen lumpur, 30 persennya adalah lumpur padat dan 70 persen air dan lumpur yang masih terurai."Jika ingin memisahkan air dari lumpur yang masih terurai atau sisa dari hasil water treatment sebesar 70 persen, maka dibutuhkan suhu sebesar 100 derajat celcius," katanya.Selama ini, Tim II ITS bersama Batalyon Zeni Tempur (Yon Zipur) 5 Kepanjen Malang, telah melakukan serangkaian pengujian water treatment secara manual dengan memanfaatkan sebagian kolam pada pond (kolam penampungan) 2 di pinggiran tol Porong-Gempol kilometer 39,600.Pengujian itu, menurut dia, menunjukkan bahwa air lumpur luapan dari proyek PT Lapindo Brants Inc. aman bagi tanaman, baik tebu, padi, dan jagung setelah sebagian hasilnya dialirkan ke sawah."Juga aman bagi ikan dan udang, setelah dicoba melepaskan ikan di kolam itu. Ikannya tetap hidup," Tontowi Ismail. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006