Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis neurologi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, dr. Rizka Ibonita, mengatakan konsep TRAP dapat digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda Parkinson, sebuah penyakit neurodegeneratif.
"T-nya Tremor. Tremor artinya gerakan gemetar yang kita tidak kendalikan. Nah, tremor pada Parkinson ini biasanya di saat istirahat. Jadi nggak lagi aktivitas nih, tangannya ditaruh aja udah gemetar," ujarnya dalam "Talkshow Kesehatan Dalam Rangka Hari Parkinson Sedunia" yang disiarkan di kanal YouTube RS tersebut di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan, tremor tidak hanya muncul pada penderita Parkinson saja, namun memang gejala paling umum penyakit itu adalah tremor. Akan tetapi, kata Rizka, tremor karena Parkinson memiliki kekhasan tersendiri.
"Biasanya kalau Parkinson ini khas, dia didahului di satu sisi dulu, baru ke sisi sebelahnya," katanya.
Adapun R, kata dokter itu, artinya adalah rigiditas, atau kaku, terutama di persendian serta otot-otot besar. Sedangkan A adalah akinesia atau bradikinesia, di mana gerakan seseorang menjadi lambat.
Kata dokter itu, sering kali perlambatan gerak tersebut terlewatkan pada pasien Parkinson, terutama yang lanjut usia, di mana seseorang menganggap hal tersebut wajar bagi yang sudah tua. Padahal, katanya, gerakan lambat orang tua tidak seharusnya selambat gerakan pada Parkinson, sehingga perlu dicek lebih lanjut.
"Dan yang terakhir, P, postural instability. Artinya itu adanya gangguan postural. Jadi hilang keseimbangan. Rasanya goyang-goyang terus, mau jalan, oleng. Gampang jatuh," dia menjelaskan.
Dia menjelaskan bahwa rentang usia penderita Parkinson adalah 40-70 tahun, dan yang terbanyak di usia 60 tahun. Akan tetapi, katanya, menurut data statistik, penyakit tersebut kini dapat menyerang orang di bawah usia 40-an.
Sebelum gejala-gejala motorik tersebut muncul, katanya, biasanya didahului dengan gejala nonmotorik.
"Sebetulnya kalau berdasarkan riset, gejala nonmotorik ini sebetulnya 6 tahun atau 8 tahun sebelumnya sebetulnya sudah muncul. Cuma ceritanya belum perhatikan, ceritanya belum sadar ya. Gejalanya itu yang pertama sih, gejala gangguan penciuman," katanya.
Dia menjelaskan, gangguan-gangguan nonmotorik lainnya adalah gangguan tidur, gangguan kognitif, suasana hati yang tidak stabil menjadi sering marah-marah, serta susah buang air besar.
Dia menyebutkan bahwa Parkinson disebabkan oleh berbagai hal, contohnya antara lain kerusakan sel-sel otak yang memproduksi dopamin, infeksi, makan makanan yang mengandung pestisida, dan obat-obatan tertentu misalnya obat-obatan untuk gangguan kejiwaan.
Baca juga: Operasi pemasangan DBS jadi harapan baru bagi pasien parkinson
Baca juga: Dokter: Waspada parkinson di usia muda
Baca juga: Pemkab jamin kehidupan satu keluarga penderita Parkinson di Cianjur
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024