lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat Baa yaitu tumbuh pada kisaran 3 persen
Jakarta (ANTARA) - Lembaga pemeringkat kredit Moody's memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024-2025 akan tetap berada pada level sebelum pandemi yaitu sekitar 5 persen.
"Rata-rata tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat Baa yaitu tumbuh pada kisaran 3 persen," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi yang kuat tersebut terutama didukung oleh keberhasilan berbagai reformasi struktural yang ditempuh pemerintah yang diarahkan untuk perbaikan iklim investasi yang berdampak kepada peningkatan penanaman modal asing, penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekspor dan peningkatan penerimaan pemerintah.
Di sektor eksternal, Moody's memandang daya tahan sektor eksternal tetap terjaga, tercermin dari surplus neraca perdagangan yang meningkat.
Perry menuturkan implementasi kebijakan hilirisasi diyakini menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi kenaikan pangsa ekspor komoditas yang memiliki nilai tambah, sehingga meningkatkan diversifikasi ekspor komoditas dan mengurangi sensitivitas terhadap harga.
Perkembangan tersebut selanjutnya mampu mendorong peningkatan cadangan devisa yang mencapai 140,4 miliar dolar AS atau setara dengan 6,4 bulan impor pada akhir Maret 2024.
Implementasi bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dipandang mampu meredam volatilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang mempengaruhi arus masuk modal asing.
Sementara, komitmen pemerintah untuk tetap menjaga defisit fiskal di bawah batas 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) mampu menjaga rasio utang pemerintah terhadap PDB tetap rendah dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat yang sama.
Baca juga: Moody's pertahankan peringkat kredit Indonesia dengan outlook stabil
Baca juga: Rupiah berpotensi melemah, pelaku pasar antisipasi pernyataan The Fed
Baca juga: Analis: Konflik Iran-Israel berpotensi ganggu pertumbuhan ekonomi RI
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024