Saya tidak bilang tidak ada yang bisa dilakukan,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Pembenahan defisit transaksi berjalan Indonesia tidak bisa berlangsung cepat karena perbaikan fondasi perekonomian agar angka defisit itu berkurang membutuhkan waktu.
"Saya tidak bilang tidak ada yang bisa dilakukan," kata Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi indonesia (ISEI) Darmin Nasution dalam Mandiri Media Training di Yogyakarta, Jumat.
Darmin yang juga mantan gubernur Bank Indonesia (BI) itu berpendapat defisit transaksi berjalan itu terjadi karena tidak adanya rencana industrialisasi yang jelas.
Sehingga ketika pertumbuhan ekonomi dan industri nasional baik, tidak bisa dihasilkan barang baku dan modal yang memadai. Ini mengakibatkan besarnya impor untuk kebutuhan barang tersebut.
Selain itu, katanya, di sektor pangan nasional juga tidak ada kebijakan yang memadai sehingga Indonesia tergantung pada impor.
Seharusnya masalah pangan bisa diantisipasi sehingga kebutuhan nasional yang ditetapkan dapat terpenuhi.
Turunnya harga sejumlah komoditas di tingkat internasional serta kurang tegasnya pemerintah dalam kebijakan di sektor bahan bakar minyak (BBM) juga menjadi penyumbang defisit tersebut.
Defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2013 menyusut menjadi 8,4 miliar dolar AS atau 3,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,9 miliar dolar (4,4 persen dari PDB).
Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan perbaikan kinerja transaksi berjalan tersebut terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring dengan penurunan impor nonmigas yang lebih tajam dibandingkan penurunan ekspor nonmigas, serta berkurangnya defisit neraca jasa dan pendapatan.
BI pada Selasa (12/11) menaikkan kembali suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 7,50 persen yang diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi sehingga impor melemah. (*)
Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013